Jakarta, 10 Desember 2007 (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan telah menghasilkan 23 jenis isolat-isolat pembentuk gaharu hasil eksplorasi dari 17 propinsi yang siap untuk dikembangkan. Mikroba pembentuk gaharu yang diberi nama JERMIA 1 hingga JERMIA 4 ini telah teruji dan mampu menginduksi gaharu dalam waktu relatif singkat. Mikroba ini dapat diproduksi secara massal dan dapat diaplikasikan dengan mudah kepada masyarakat produsen gaharu. Aplikasi teknologi ini akan mampu mempercepat pembentukan gaharu sehingga dapat meningkatkan produksi nasional gaharu. Beberapa percobaan yang telah dilakukan telah menghasilkan gaharu kamandangan lebih kurang 20 kg/pohon dengan nilai Rp.1.000.000,-/kg, sehingga apabila diinokulasi sebanyak 2.000 pohon tiap tahun akan dihasilkan 40 ton gaharu dengan nilai Rp. 40.000.000.000,- per tahun. Potensi penerimaan pemerintah dari PSDH sebesar Rp. 2.400.000.000,- dan merupakan potensi penerimaan pajak lainnya. Mengingat inokulasi adalah proses awal produksi, dan spesies penghasil gaharu (Aquilaria sp. dan Gyrinops sp.) termasuk dalam appendix CITES, maka kegiatan inokulasi perlu dikendalikan oleh pemerintah. Untuk mempertahankan kelestarian pohon penghasil gaharu, dapat diberlakukan aturan antara lain setiap satu pohon yang diinduksi harus disertai dengan penanaman kembali minimal 3 bibit. Dalam jangka menengah, pembentukan Badan Layanan Umum (BLU) dapat dipersiapkan sebagai lembaga yang memberikan pelayanan atas hasil-hasil pengembangan teknologi gaharu meliputi inokulum mikroba penginduksi gaharu secara massal, produksi alat induksi gaharu yang praktis untuk penggunaan di lapangan, pelayanan jasa tenaga ahli penginduksi gaharu, dan produksi bibit unggul penghasil gaharu. Untuk keterangan tambahan, silakan hubungi Achmad Fauzi, Kepala Pusat Informasi Kehutanan, Departemen Kehutanan, Telp: (021) 570-5099, Fax: (021) 573-8732

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2007