Manado (ANTARA News) - Pemadaman listrik di Propinsi Sulawesi Utara (Sulut) hampir dipastikan akan terus berlanjut hingga Idul Fitri sebab sampai kini terjadi defisit listrik PLN berkisar 13 hingga 20 Megawatt (MW) tiap hari. "Sulit menjamin listrik tidak padam pada hari raya Idul Fitri, sebab kondisi listrik saat ini tidak mampu menyuplai kebutuhan beban puncak," kata Manager Niaga PT PLN Suluttenggo, Achmad Riandhie, di Manado, Sabtu. Daya mampu listrik PLN saat ini hanya berkisar 105 hingga 111 MW sementara beban puncak antara 128 hingga 130 MW. Penyebab terjadinya defisit listrik, menyusul tidak berfungsinya delapan pembangkit dari sembilan pembangkit di Kota Bitung, dua diantaranya belum bisa digunakan karena ternyata suku cadangnya palsu. "Enam pembangkit lainnya dalam masa pemeliharaan sehingga praktis tidak bisa hasilkan listrik," kata Achmad. Guna meminimalisir pemadaman listrik, industri dihimbau menggunakan genset sendiri pada beban puncak di malam hari. PLN menghimbau semua berhemat listrik, termasuk pelanggan rumah tangga kalau dapat berhemat 50 watt saja tiap malam, maka total listrik terjaga capai 12,5 MW. Dengan begitu pemadaman dapat diminimalisir. Pihak PLN praktis hanya berharap dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tanggari satu dan dua, serta Pembangkit Tenaga Panas Bumi Lahendong, dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel yang ada di Manado dan Amurang. Pemadaman listrik di Kota Manado terus mengundang sorotan warga terhadap PLN, mengingat daerah dimana masyarakat sedang buka puasa pun tak luput kena pemadaman. "Tiap hari listrik padam secara bergilir di Manado dan daerah lainnya di Sulut, akibatnya menggangu aktivitas warga," kata Budi, warga Tuminting Manado. Akibat pemadaman tersebut, kantor Wilayah PLN Sulutgo awal pekan ini sempat didatangi warga yang keberatan pemadaman listrik secara terus menerus tiap hari. Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sulut, Aldy Lumingkewas, mengatakan, pemadaman listrik memang tidak mungkin dielakkan tetapi minta PLN agar mengatur jadwal sedemikian rupa dengan pemberitahuan secara pasti melalui media massa agar masyarakat dapat mengantisipasi terlebih dulu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007