Dulu kami jarang membagikan program ini ke PTS, namun karena kebijakan baru dari Menristek Dikti, maka PTS diberikan minimal 200 mahasiswa untuk universitas, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebanyak 200 mahasiswa, dan 200 untuk Politekn
Surabaya (ANTARA News) - Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menambah jumlah kuota "student mobility" menjadi 2.250 pada tahun ini, dari tahun sebelumnya hanya 100 kuota untuk memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Direktur Pembelajaran Kemenristekdikti, Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, MP di Surabaya, Rabu mengatakan sesuai kebijakan Menristekdikti, M Nasir bahwa kuota program "student mobility" tahun ini ditambah menjadi 2.250 secara nasional untuk semua program studi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS).

"Dalam range kami hanya 1.500, namun kuota ditambah menjadi 2.250 sesuai keputusan Menristekdikti karena saat ini kita telah memasuki era MEA, sehingga harus meningkatkan kualitas dengan baik," katanya seusai acara ilmiah tentang kebijakan pendidikan tinggi di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya.

Ia mengatakan dari kebijakan penambahan kuota "student mobility" (pemeringkatan akademik bagi sivitas akademik) itu, maka akan turun sebuah sistem. Sistem itu nanti akan memilih mahasiswa secara daring, termasuk registrasi dan semua persyaratan yang masuk ke Kemenristekdikti.

"Kami di lapangan harus menerjemahkan sebuah kebijakan dengan baik, sehingga kami akan membuat sistem. Sistem itu nanti akan memilih mahasiswa secara daring, kemudian akan dihitung oleh mesin komputerisasi secara daring untuk menentukan mahasiswa yang lolos," kata dia.

Ia mencontohkan jika yang mendaftar sekitar 4.000, namun kuota hanya 2.250, maka sistem komputerisasi akan bekerja dengan sendirinya kemudian keluar nama sebanyak 2.250. Dengan begitu, dapat menghindari adanya kecurangan yang dilakukan pendaftar.

"Dulu kami jarang membagikan program ini ke PTS, namun karena kebijakan baru dari Menristek Dikti, maka PTS diberikan minimal 200 mahasiswa untuk universitas, Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) sebanyak 200 mahasiswa, dan 200 untuk Politeknik secara nasional," tuturnya.

Terkait permasalahan teknis, Kemenristekdikti akan memfasilitasi komunikasi dengan universitas-universitas di luar negeri, kemudian akan melakukan persiapan pemberangkatan bagi mahasiswa yang sudah lolos. Setelah itu, baru diberangkatkan ke luar negeri.

"Program mobility student tidak hanya ke luar negeri, namun juga disediakan di dalam negeri, misalnya Untag dengan Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta, dan lainnya untuk mempersiapkan sumber daya manusia kita di tingkat internasional," terangnya.

Selain itu, Kemenristekdikti juga akan memberikan opsi memilih model pembiayaan bagi mahasiswa yang telah terpilih, yaitu berdasarkan orang tua atau institusi yang terbagi atas pembiayaan transpor, pengeluaran hidup, atau pun keduanya.

"Sedangkan dari Kementerian akan menanggung biaya lainnya. Hal ini perlu disampaikan kepada orang tua dan institusi supaya mereka mengetahui bahwa untuk mencapai student mobility atau kredit transfer karena pemerintah serius mencari bibit unggul," tuturnya.

Di sisi lain, Kemenristekdikti akan memfasilitasi diskusi kurikulum dengan institusi partner, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, kemudian akan berbagi dari segi sistem dan pembiayaan.

"Persyaratan mahasiswa untuk lolos dalam program mobilty student tidak hanya ditentukan dari nilai Indeks Prestasi Komulatif (IPK), bisa saja mahasiswa berbakat dan memiliki tingkat sosial yang bagus, namun akan dibagi sesuai karateristiknya," jelasnya.

Rencananya, program "mobility student" yang memiliki waktu pembelajaran selama satu semester itu akan diluncurkan pada 2 Mei mendatang yang bertepatan pada Hari Pendidikan Nasional.

Pewarta: Indra/Laily
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016