Jakarta (ANTARA News)  - Ekspedisi Arkeologi Maritim Indonesia akan segera memetakan kapal-kapal karam di dasar laut Indonesia. Rencana Ekspedisi Arkeologi Maritim Indonesia ini kerjasama antara FIB UI, KP3K KKP (BMKT), TNI AL dan Indonesia Maritime Institute (IMI).

Ekspedisi tersebut digagas dalam pertemuan silaturahmi pada saat berbuka puasa di Jakarta, Sabtu, yang dihadiri Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI Ade Supandi, Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3K) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Dr Sudirman Saad, Direktur IMI Dr Y Paonganan, dan arkeolog Dr Ali Akbar (dosen Arkeologi UI).

Humas Indonesia Maritime Institute (IMI) dalam dalam siaran persnya, menyebutkan, Sudirman Saad menekankan pihaknya telah memerintahkan agar melakukan survei nasional untuk seluruh benda muatan kapal tenggelam (BMKT). "Kami membuka kerja sama dengan pihak-pihak yang sejalan," kata Sudirman Saad.

Di tempat yang sama, Ali Akbar menyatakan bahwa Ekspedisi Arkeologi Maritim Indonesia dirancang untuk memetakan lokasi kapal karam di seluruh Indonesia. Menurutnya, letak Indonesia yang menjadi perlintasan laut sejak dahulu kala tidak semuanya sukses dilayari karena berbagai sebab.

"Cukup banyak kapal tenggelam misalnya kapal Portugis, Belanda, dan Cina dari periode tahun 1500-1800 yang diperkirakan mencapai 400 kapal yang tenggelam di perairan Indonesia. Jumlah tersebut dapat mencapai angka yang lebih besar jika dihitung juga periode sebelum dan sesudahnya," katanya.

Menurut Ali Akbar, untuk tahap awal, pihaknya akan berkoordinasi dengan berbagai instansi terkait dan pemerintah daerah. Selanjutnya, perairan akan dibagi menjadi beberapa wilayah survei.

"Wilayah yang akan disurvei terlebih dahulu adalah di sekitar Pulau Sumatera bagian utara yang juga mengincar muatan kapal-kapal yang diduga karam di wilayah ini. Selat Malaka sejak dulu merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia. Salah satu kapal yang paling menjadi incaran para pemburu harta karun di kapal tenggelam adalah Flor de la Mar atau Flower of the Sea," katanya.

Flor de la Mar adalah kapal yang paling dicari karena pada saat tenggelam tahun 1511 memuat harta benda yang diboyong Portugis setelah menaklukkan Kerajaan Malaka. Pada saat berlayar menuju Portugis, kapal ini diperkirakan diterjang badai di sekitar Aceh dan sejak itu tidak pernah terlacak lagi keberadaannya.

Ekspedisi Arkeologi Maritim Indonesia penekanannya adalah menghasilkan pengetahuan dan mendata potensi kemaritiman Indonesia berbasis muatan dan kapal karam. "Hasil ekspedisi ini akan disampaikan kepada pemerintah untuk kemudian mengambil tindakan misalnya pengangkatan, pariwisata, perlindungan wilayah laut, dan sebagainya," demikian Ali Akbar.

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015