Bekasi (ANTARA News) - Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta Swasono mengatakan, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tertinggi di negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), karena berbagai faktor. "Tingginya angka kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas merupakan masalah bekepanjangan dan kompleks yang sulit diatasi di negeri ini," katanya usai membuka Lolakarya Nasional 10 Tahun Gerakan Sayang Ibu (GSI) di Bekasi, Rabu. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2002 - 2003 menyebutkan, 203/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 35/1.000 kelahiran dengan angka tersebut AKI di Indonesia berada di posisi teratas Negara Asean. Akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak 1998 dan beberapa indikator tidak langsung, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprakirakan angka AKI di Indonesia akan meningkat dimasa mendatang. Ia menyebutkan, AKI yang tinggi merupakan pertanda bahwa kualitas hidup perempuan di negeri ini masih rendah dan berpengaruh kepada rendahnya sumber daya manusia (SDM) secara umum. Kematian ibu secara langsung atau tidak langsung, kata Meutia Hatta Swasono, juga berpengaruh kepada meningkatnya angka kematian bayi bahkan kondisi tersebut membawa Indonesia pada posisi ke 112 dari 117 negara dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada 2005. Ia menambahkan, ada beberapa faktor dari sisi medis yang menjadi penyebab kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas antara lain, pendarahan, eklamsia, infeksi, penanganan abortus yang tidak aman dan partus lama, meski sebenarnya 85 persen dari kematian tersebut dapat dihindarkan bila masalah-masalah di masyarakat terselesaikan. Persoalan-persoalan tersebut yakni, terlambat mengenali tanda bahaya, terlambat memutuskan mencari pertolongan melalui fasilitas kesehatan, terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai dan terlambat menerima pelayanan kesehatan. Masalah lain yang menyebabkan AKI yakni, terlalu muda menikah, sering hamil, banyak melahirkan dan terlalu tua saat hamil, sehingga mengandung risiko tinggi kematian, karena itu masyarakat perlu mengantispasi faktor faktor tersebut. Bila memperhatikan persoalan penyebab kematian ibu, maka dapat disimpulkan faktor non medis sangat dominan memberi kontribusi kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas, karena itu pandangan masyarakat bahwa kehamilan adalah peristiwa alamiah dan ditanggung perempuan harus diubah secara sosio-kultural, katanya. Perubahan secara sosio-kultural itu dimaksudkan, agar kaum perempuan mendapat perhatian dari keluarga, masyarakat sekitarnya serta memiliki hak kesehatan reproduksinya. "Melihat berbagai permasalahan yang melatarbelakangi tingginya AKI di Indonesia ini, maka dibutuhkan penanganan multi dimensi dengan dukungan lintas sektoral untuk bersama-sama bertanggungjawab atas persoalan itu," katanya. Oleh karena itu, diperlukan pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara berkesinambungan mulai dari tingkat kehamilan hingga melahirkan dengan demikian diharapkan AKI di Indonesia akan menurun. (*)

Copyright © ANTARA 2006