Jakarta (ANTARA) - Pembeli mobil baru di China akhir-akhir ini lebih memilih buatan lokal yang memiliki inovasi termutakhir, menyebabkan BMW, Mercedes-Benz, dan Porsche kesulitan dan berkumpul kembali di pasar mobil baru terbesar dunia tersebut.
Konsumen China pernah menghindari mobil buatan lokal, tapi, sekarang merek-merek lokal menyumbang lebih dari separuh (52,8 persen) dari total penjualan kendaraan penumpang di Tiongkok selama tiga bulan berturut-turut pada September, menurut laporan laman Drive, Minggu.
Kondisi itu berdampak pada merek-merek asing di China, terutama produsen mobil Jerman, yang mengalami penurunan penjualan yang signifikan selama kuartal ketiga (Juli-Agustus-September) 2024.
Baca juga: Masyarakat China tinggalkan mobil Jerman dan lebih pilih merek lokal
BMW membukukan penurunan terbesar sebesar 30 persen, dengan merek Mini dan Rolls-Royce masing-masing turun 25 persen dan 16 persen. Penjualan Porsche turun 19 persen, sementara penjualan Volkswagen turun 15 persen, dan Mercedes-Benz mengalami penurunan 13 persen dari tahun ke tahun.
Kondisi produsen otomotif Jerman berbanding terbalik dengan merek China BYD, Li Auto dan XPeng yang membukukan penjualan terbaik di China pada September.
Meskipun mobil Jerman kini masih menguasai 15,7 persen dari total penjualan kendaraan baru di China, jumlah tersebut menurun dibandingkan 2019 ketika mereka secara kolektif mencapai 23,8 persen.
Kendaraan Jerman tetap menjadi yang terpopuler kedua di China, mereka berada di belakang model yang diproduksi di China, dan masih jauh di depan mobil-mobil dari Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat (AS).
Baca juga: BMW: Larangan ICE di Eropa buat ketergantungan pada baterai China
Dari tahun ke tahun, BYD, Geely, dan Tesla adalah merek-merek terlaris di China antara Januari dan September 2024. Volkswagen sempat memimpin dari BYD pada Januari, namun, turun kembali pada September.
Merek Jerman bukan satu-satunya yang menderita di China, produsen mobil Jepang Nissan, Honda, mengumumkan kemitraan pada bulan Juli 2024 untuk memproduksi kendaraan listrik baru bersama-sama. Mitsubishi sebelumnya telah mengumumkan untuk keluar dari pasar China pada 2023.
Penjualan di seluruh merek China pada September 2024 naik 18,8 persen dibandingkan dengan Agustus, dan 45,5 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023.
Pertumbuhan tersebut seluruhnya berasal dari Kendaraan Energi Baru (NEV) karena subsidi pemerintah yang diumumkan pada bulan Juli bertujuan untuk mengatasi perlambatan ekonomi. NEV merupakan istilah yang digunakan oleh China yang mencakup kendaraan hibrida, sel bahan bakar, dan baterai-listrik.
Baca juga: Hambatan tarif tak surutkan produsen mobil China lanjut pengembangan
Baca juga: Pembuat mobil China diwartakan pakai pabrik yang ditinggalkan di Rusia
Baca juga: Eropa menentang EV China dan pungut suara untuk beri tarif tinggi
Baca juga: Eropa tetapkan tarif pajak tinggi untuk mobil listrik asal China
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024