Konferensi tingkat tinggi itu akan mempertemukan negara-negara kunci dalam pengembangan AI, sejumlah perusahaan teknologi terkemuka, dan para peneliti untuk mengevaluasi dan memantau risiko paling signifikan dari AI.
"AI memiliki potensi luar biasa untuk mengubah hidup kita menjadi lebih mudah. Namun, kita perlu memastikan teknologi tersebut dikembangkan dan digunakan dengan cara yang tepat dan aman," kata PM Sunak dalam pernyataannya.
Pernyataan tersebut dirilis saat dia berkunjung ke Washington untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada Kamis di Gedung Putih untuk membahas peluang dan tantangan teknologi terkini.
"Sepanjang sejarah, kita telah menemukan berbagai teknologi baru yang mengubah paradigma dan kita telah memanfaatkannya untuk kebaikan umat manusia. Itulah yang harus kita lakukan lagi," kata Sunak.
"Upaya ini membutuhkan upaya global," ujar dia, sambil menambahkan bahwa negaranya siap memimpin upaya tersebut.
Pada Mei, Sunak sempat berbincang dengan para pemimpin perusahaan laboratorium penelitian kecerdasan buatan, termasuk OpenAI, DeepMind, dan Anthropic di Downing Street, London.
Menurut pernyataan tersebut, Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly pada Juli akan mengadakan pengarahan di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang untuk pertama kalinya membahas peluang dan risiko AI terhadap perdamaian dan keamanan internasional.
Pemisahan Inggris dari Uni Eropa (EU) memungkinkan London "bertindak lebih cepat dan gesit dalam menanggapi pasar yang berubah dengan cepat ini," bunyi pernyataan itu.
Pernyataan itu menyebutkan bahwa Inggris adalah salah satu negara terdepan yang telah menetapkan cetak biru untuk pengembangan AI yang aman dan bertanggung jawab.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Sekjen PBB usulkan perjanjian global untuk mengelola AI
Baca juga: PM Inggris temui Biden di Gedung Putih, bahas penguatan ekonomi
AI, topik terpopuler di Hannover Messe 2023
Penerjemah: Shofi Ayudiana
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023
