Kantor berita Reuters melaporkan bahwa Honda mulai mempertimbangkan hal itu seiring terus menguatnya mata uang Yen yang berimbas buruk pada ekspor.
Para pejabat perusahaan otomotif Jepang berkali-kali memperingatkan bahwa penguatan Yen yang terus menerus telah melampaui kemampuan eksportir di negara itu.
Komentar pejabat finansial Honda, Fumihiko Ike, menjadi indikator awal untuk mencari jalan keluar atas masalah itu.
"Kami memiliki sebuah rencana tiga tahun yang mengandaikan bahwa nilai dollar sama dengan 80 Yen," kata Ike, Selasa (9/8).
"Dan dengan asumsi itu, rencana mencari pusat produksi baru, tidak terhindarkan," katanya.
Ike menekankan lapangan kerja di Jepang masih perlu dijaga.
Mata uang Jepang terus menguat menjadi 77 Yen per dollar pada hari Selasa.
"Melindungi sektor manufaktur Jepang dan membuat mobil di dalam negeri menjadi semakin sukar. Kami bisa tetap menempatkan teknologi kami di sini, tetapi jika kami memproduksi mobil di sini, mungkin kualitasnya akan tetap terjaga tetapi harganya akan sangat mahal. Produk yang mahal belum tentu produk yang bagus," jelas Ike.
Honda adalah produsen mobil ketiga terbesar di Jepang dan tahun lalu mengekspor 30 persen dari total produksi domestiknya.
Para pesaing Honda seperti Toyota mengekspor 53 persen dan Nissan mengekspor 59 persen dari total produksinya di Jepang.
(Ber)
Penerjemah:
Copyright © ANTARA 2011
Copyright © ANTARA 2011