Seoul (ANTARA) - Saham-saham Korea Selatan terus mengalami penurunan beruntun untuk perdagangan hari keenam pada Rabu, di tengah kekhawatiran tentang perselisihan perdagangan global dan pertikaian dagang antara Korea Selatan dan Jepang.

Indeks Harga Saham Gabungan Korea (KOSPI) turun 7,79 poin atau 0,41 persen, menjadi berakhir pada 1.909,71 poin, dengan volume perdagangan mencapai 752 juta saham senilai 5,3 triliun won (4,4 miliar dolar AS).

Itu adalah penutupan terendah dalam hampir tiga setengah tahun, mempertahankan momentum penurunan untuk sesi keenam berturut-turut.

KOSPI memulai dengan kuat karena permintaan untuk saham yang undervalued, tetapi berbalik turun di tengah kekhawatiran tentang sengketa perdagangan.

Investor asing membuang saham lokal untuk sesi keenam berturut-turut, menandai penjualan asing terpanjang dalam sekitar tiga bulan. Investor institusi menjual saham, tetapi investor ritel meningkatkan kepemilikan saham mereka, membatasi kejatuhan KOSPI lebih lanjut.

Mata uang Korea Selatan menguat karena menteri keuangan mengindikasikan intervensi di pasar valuta asing jika volatilitasnya semakin dalam.

Mata uang lokal berakhir pada 1.214,9 won terhadap greenback, naik 0,4 won dari penutupan sebelumnya.

Saham-saham berkapitalisasi besar berakhir bervariasi. Pemimpin pasar Samsung Electronics kehilangan 0,7 persen, tetapi raksasa chip memori SK Hynix naik 1,8 persen. Operator seluler terbesar SK Telecom menyusut 1,2 persen, dan mesin pencari yang paling sering digunakan Naver turun 0,7 persen.

Pembuat mobil terbesar Hyundai Motor naik 0,8 persen, dan pembuat suku cadang mobil No.1 Hyundai Mobis bertambah 0,4 persen. Perusahaan kimia terkemuka LG Chem naik 1,8 persen, dan raksasa biofarmasi Celltrion naik 1,4 persen.

Baca juga: Bursa saham Seoul melemah, indeks KOSPI turun di bawah 1.900 poin
Baca juga: Bursa saham Seoul berakhir jatuh 2,56 persen
Baca juga: Bursa Saham Seoul melemah, Indeks KOSPI berakhir turun 0,95 persen

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019