Semarang (ANTARA News) - Pemerintah sebaiknya menghentikan atau tidak membangun tol trans-Jawa yang membabat lahan-lahan produktif dan hutan lindung yang seharusnya tetap dipertahankan demi kelestarian lingkungan hidup sumber daya alam di negeri ini. "Lahan produktif dan hutan lindung perlu kita pertahankan demi kepentingan anak cucu kita di masa yang akan datang. Kalau masih nekad membabat lahan produktif, berarti petani akan banyak yang kehilangan pekerjaan dan jadi pengangguran," kata Drs Djoko Setyowarno, MT, dosen Fakultas Teknik Unika AA Soegijapranata Semarang di Semarang, Sabtu. Menurut pengamat moda transportasi ini, pembangunan tol trans Jawa dinilai lebih banyak merugikan ketimbang menguntungkan rakyat dan negara. Yang diuntungkan, katanya, justru oknum pejabat hingga kontraktor, konsultan dan pemasok barang. Ia berpendapat, banyak studi amdal pada jalan tol trans Jawa dibuat asal-asalan dan amburadul, sehingga keberadaan jalan tol ini sangat tidak menguntungkan negara dan rakyat Indonesia. Djoko berharap, sebaiknya studi mengenai amdal jalan tol dibuat dengan jeli, matang, memerhitungkan keberadaan efek sosial, dan ekonomi rakyat, hingga kelestarian lingkungan hidup di masa yang akan datang. "Jadi, jangan dibuat berdasarkan `pesanan` demi proyek, karena harus ada return fee 30 persen buat owner," katanya menjelaskan. Untuk itu, agar amdal yang dibuat memenuhi persyaratan yang ada, maka ahli sosial dan pertanian sebaiknya dilibatkan pula di dalamnya bersama dengan ahli amdal lainnya, ujarnya. Pada kesempatan ini Djoko mengingatkan, lahan pertanian yang dibebaskan untuk pembuatan jalan tol adalah lahan subur. Karenanya, sebelum mewujudkan pembangunan jalan tol yang baru, sebaiknya pemerintah membuat terobosan lain yang menguntungkan semua pihak, baik negara (pemerintah) maupun rakyat, yakni lebih memanfaatkan moda transportasi massal kereta api (KA). "Jika pemerintah lebih memanfaatkan moda transportasi KA dengan cara membangun peningkatan jalur rel yang ada, maka masalah transportasi darat akan dapat teratasi tanpa mengorbankan lahan pertanian yang subur," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008