Inilah yang kami lakukan transformasi dari energi fosil ke energi terbarukan
Jakarta (ANTARA) - PT Perusahaan Listrik Negara (persero) menargetkan akan mengurangi penggunaan batu bara sebagai upaya memangkas ketergantungan energi fosil pada sektor kelistrikan nasional.

"Memang terus terang (sumber energi terbesar) ada dari batu bara yang mulai kita reduce terus sampai nanti 2023, harus 50 persen batu bara," kata pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama PLN Djoko Abumanan di Jakarta, Minggu.

Pada 2018 angka penyerapan batu bara domestik tercatat mencapai 115 juta ton dengan konsumsi sektor kelistrikan sebesar 91 juta ton.

Tingginya konsumsi batu bara tersebut akibat bertambahnya pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang telah selesai dibangun PLN dan beberapa perusahaan listrik swasta.

Djoko menjelaskan bahwa masa depan energi fosil di Indonesia terkait durasi kontrak.

"(PLTU) yang baru sudah tidak lagi, tapi yang lama kami tunggu umur kontrak sampai 25 tahun. Inilah yang kami lakukan transformasi dari energi fosil ke energi terbarukan," ujarnya.

"Kami menyadari hari ini batu bara murah dan ada di Republik ini, yang menggali masyarakat Indonesia, makanya kita dorong dulu daripada (energi) BBM impor yang untung orang sana (negara pemasok minyak). Fiskal kita akan terbantu kalau kita pakai batu bara, tapi batu bara ini akan habis," tambahnya.

Peran energi baru terbarukan (EBT) atau reneable energy di Indonesia saat ini masih mencapai 13 persen dari total bauran energi nasional.

Pemerintah Indonesia menargetkan EBT sebesar 23 persen pada tahun 2023, yang sebelumnya telah disepakati dalam Perjanjian Paris dan akan meningkat menjadi 31 persen pada tahun 2050.

Upaya untuk mencapai target itu dilakukan dengan membangun tambahan pembangkit EBT sebesar 2.000 megawatt per tahun, salah satunya dengan mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) melalui Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap.

Baca juga: Menteri ESDM usulkan rumah di atas 250 m2 wajib pasang panel surya

"Untuk mencapai target satu juta PLTS itu, PLN bergeraknya di luar Jawa," jelas Djoko.

Lebih lanjut dia mengklaim biaya produksi setrum di luar Jawa lebih mahal daripada harga jual akibat kendala geografis, lahan dan teknologi. Karena itu, PLN menggalakkan energi berbasis surya dengan langsung melibatkan masyarakat.

"Kami menggerakkan bundling dengan renewable. Apabila ada pelanggan ingin pasang PLTS, PLN siap hadir," ujarnya.

 

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019