Penang (ANTARA News) - Presiden (Ketua Umum ) UMNO dan Barisan Nasional (BN) Abdullah Ahmad Badawi bertarung dengan pemimpin Barisan Alternatif (oposisi) Anwar Ibrahim di Penang, wilayah terkecil kedua di Malaysia setelah Perlis. Di wilayah dekat Selat Malaka itu, Badawi akan mencoblos di sekolah kebangsaan Permatang Bertam, sedangkan Anwar Ibrahim yang didampingi istrinya Wan Azizah Wan Ismail memberikan suaranya di sekolah kebangsaan Seri Penanti. Pak Lah, panggilan akrab Abdullah Badawi dan Anwar Ibrahim, ternyata keduanya merupakan teman kecil satu kampung di Penang. Pak Lah lahir di Kepala Batas dan Anwar Ibrahim lahir di Permatang Pauh, kedua distrik itu bertetanggaan di Penang daratan. Hari Sabtu(8/3), rakyat Malaysia akan menggunakan hak pilihnya pada Pilihan Raya Umum atau Pemilu ke-12. Ada 10.701.504 hak suara yang terdaftar untuk ikut Pemilu untuk memilih 222 kursi parlemen (DPRD) dan 505 kursi Dewan Undangan Negeri (DUN) atau DPRD. Diperkirakan, Sabtu pukul 19.00 sudah diumumkan pemenang mutlak Pemilu dan sekitar jam 23.00 , kerajaan (pemerintahan) baru Malaysia akan diumumkan atau terbentuk. Diperkirakan ada sekitar 61 kawasan panas untuk memperebutkan kursi parlimen kebanyakannya di lima kerajaan negeri (provinsi). Jumat malam (7/3) merupakan kampanye terakhir di Malaysia. Kawasan Permatang Pauh dan Kepala Batas, Penang, merupakan kawasan "panas" menunjukkan pendukung Anwar Ibrahim sangat kuat. Kemacetan mobil untuk menyaksikan pidato kampanye pemimpin oposisi itu bisa mencapai satu atau dua kilometer. Hingga pukul 02.00 dan 03.00 dinihari , kawasan tersebut dihirukpikukkan oleh konvoi barisan pendukung oposisi. "Reformasi...reformasi...reformasi" teriak konvoi motor dan mobil para pendukung oposisi. Malam itu tampak sekali, pendukung BN tidak melakukan konvoi. Ribuan orang menghadiri kampanye Anwar Ibrahim dan tokoh oposisinya di berbagai kawasan kerajaan negeri Penang. Walaupun panas di kedua distrik kelahiran dua pemimpin politik Malaysia, tapi tidak ada insiden apa pun, termasuk saling meledek antar pendukung. Padahal beberapa posko oposisi dan Barisan Nasional saling bersebelahan. Mereka saling memahami dan toleransi. Kampanye Aman Masa kampanye, 24 Februari hingga 7 Maret 2008 berlangsung dengan aman. Selama kampanye Anwar Ibrahim, mantan Wakil PM Malaysia membuktikan dirinya masih "kuat mengakar" terlihat dari setiap kampanye dihadiri ribuan orang. Pemilu ke-12 ini memiliki "greget" tersendiri karena partai oposisi yang dipimpin oleh Partai Keadilan Rakyat (PKR) dan Anwar Ibrahim berjuang habis-habisan (all out). Sementara itu, Barisan Nasional yang dipimpin oleh Abdullah Badawi ingin membuktikan bahwa dukungan rakyat masih besar. Pak Lah berhasil mengembalikan kejayaan BN pada Pemilu 2004 dengan menguasai 91 persen kursi Parlemen, sementara Pemilu 1999 mengalami kemerosoton karena simpati rakyat terhadap pemecatan kontroversial Anwar Ibrahim. Gebrakan partai oposisi Malaysia yang dipimpin oleh PKR ditunjukkan ketika penyerahan berkas pencalonan Presiden PAS Wan Azizah Wan Ismail kepada SPR di Permatang Pauh, Penang, 24 Februari yang dihadiri sekitar 10.000 orang. Sedangkan BN mengalami penodaan ketika sebuah bus wisata yang disewa 40 putri UMNO ke SPR Pusat di Putrajaya untuk mendukung penyerahan berkas, ternyata dalam bus itu ada mayat laki-laki di bagasi tempat penyimpanan koper. Mayat itu dadanya telanjang dan bercelana, dalam posisi sujud terlipat dalam sebuah koper. Pemilu yang dipercepat 15 bulan dari yang seharusnya akan memperebutkan 222 kursi parlemen (DPR) dan 552 kursi Dewan Undangan Negeri. Pemilu kali ini menimbulkan harapan yang lebih besar lagi dari rakyat Malaysia karena SPR (Suruhanjaya Pilihan Raya) selaku komite Pemilu berupaya untuk meningkatkan transparansi. Peningkatan itu ialah, penggunaan kotak suara yang transparan atau tembus pandang dan penggunaan tinta penanda jari kepada setiap pemilih yang telah menggunakan hak pilihnya. "Dengan menggunakan tinta, isu yang ditimbulkan oposisi mengenai banyak pengundi (pemilih) "hantu"(ganda, red) akan menurun," kata PM Abdullah Badawi dalam beberapa kesempatan. SPR pada 9 Februari 2008 telah mendistribusikan 50.000 kotak suara tembus pandang dan 48.000 botol tinta ke tempat pemungutan suara di berbagai daerah. Kampanye Pemilu di Malaysia lebih berkualitas dibandingkan Indonesia. Sebagian besar kampanye tidak menggunakan artis. Tidak ada joget-joget atau dangdutan. Para pendukung BN dan oposisi diam dan mendengarkan setiap calon wakil rakyat berkampanye. Semua calon wakil rakyat lebih memaparkan program kerja, visi dan misi, nilai perjuangan partai dengan cara berceramah di tempat terbuka, di warung atau di kafe, door to door ke konstituen dan berdialog, mendatangi pasar malam dan pasar untuk membagikan risalah, program partai dan hal-hal yang ingin diperjuangkan di kawasan pilihannya. Selama kampanye, BN tampak sekali lebih makmur. Posko dan kampanye penuh dengan makanan. Jika para pemimpin BN kampanye, yang hadir tampak gemerlap dan wangi. Tapi kebanyakan adalah para pegawai pemerintah ataupun BUMN, termasuk para pengurus dan anggota serikat pekerja yang dikerahkan untuk hadir mendengarkan pidato para pimpinan BN. Sementara, bintang kampanye dari oposisi masih dipegang oleh Anwar Ibrahim. Anwar menjadi daya tarik yang kuat bagi massa untuk berkumpul. Anwar masih menjadi andalan dalam kampanye bagi setiap calon wakil rakyat oleh oposisi. Setiap Anwar hadir minimal 1000 hingga 2000 orang hadir. Walaupun di tempat terbuka, ada gerimis hujan, tapi ribuan rakyat setia, diam dan teratur mendengarkan pidato Anwar dan calon oposisi. Anwar telah membuktikan dirinya bukan politisi bangkrut seperti yang dituduhkan oleh para pimpinan BN. Ia masih memiliki akar yang kuat di rakyat Malaysia. Sayang, SPR menodai dirinya dengan keputusan yang mengejutkan yaitu membatalkan penggunaan tinta penanda jari. Ketua SPR Abd Rashid mengumumkan pembatalan penggunaan tinta Pemilu, Selasa (4/3). Dia mengumumkan pembatalan didampingi oleh Kepala Kejaksaan Malaysida Abdul Gani Patail dan Kepala Polisi Negara Musa Hasan. "Pembatalan ini disebabkan karena ada informasi kepada polisi bahwa ada orang yang membeli tinta dalam jumlah banyak dan akan mengenakan kepada jari masyarakat. Kedua, dalam UU Pemilu Malaysia tidak ada aturan penggunaan tinta," kata Abd Rashid. Pembatalan itu, membuat marah kalangan oposisi. Wakil Presiden PAS (Partai Islam Se-Malaysia) Mohammad Sabu mengatakan, SPR pada Pemilu kali ini paling kacau balau. Kurang persiapan dan cenderung dipaksakan. Organisasi Mafrel (Malaysian for free and fair election) juga menyatakan mundur sebagai pemantau independen yang diakui oleh SPR. "Bagi kami, pembatalan penggunaan tinta semakin membuat rakyat marah dan mendukung oposisi," kata Mohd Sabu.(*)

Oleh Oleh Adi Lazuardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008