Surabaya (ANTARA News) - "Soerabaja Tempo Doeloe" di atas sepotong keramik menyemarakkan "Ceramic Drawing Festival 2008" yang digagas Himpunan Mahasiswa Sthapati Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya di Taman Flora (Kebun Bibit) Surabaya, Sabtu. "Sebagai kota metropolis yang aktif membangun, Surabaya dikenal kota yang kaya akan sejarah perkembangan kota. Untuk mengingatkan sejarah kota yang luar biasa, kami menggelar Ceramic Drawing Festival 2008 bertema Soerabaja Tempo Doeloe," kata ketua panitia, Rudwi. Menurut dia, festival itu tergolong unik, karena menggunakan keramik berukuran 40 X 40 sentimeter sebagai media gambar, kemudian peserta diharuskan menggambar dalam media keramik itu dengan tema Surabaya tempo dulu. "Peserta hanya diperbolehkan menggunakan pensil. Hanya gambar sketsa pensil dengan arsiran dan rendering. Nantinya, finishing menggunakan pylox clear agar sketsa pensil tidak rusak," kata Rudwi yang mahasiswa Arsitektur ITS angkatan 2006 itu. Untuk mempermudah gambaran peserta akan tema yang diangkat, Rudwi mengungkapkan panitia mengarahkan pada sketsa bangunan Surabaya tempo dulu. "Tapi, kami tidak membatasi kreasi mereka, peserta boleh juga menggambar yang bukan bangunan," katanya. Tak kurang dari 65 peserta mengikuti kegiatan itu. Mereka terdiri atas mahasiswa, pelajar dan masyarakat. Menggambar di media keramik ternyata memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi. "Keramik memiliki tekstur, tidak halus seperti kertas, sehingga material yang digunakan untuk gambar harus tepat," kata dosen jurusan Desain Produk, Dr Agus Windharto DEA, selaku salah satu dewan juri festival itu. Ada empat aspek penilaian dewan juri pada karya peserta yakni ide, kreatifitas, estetika dan teknik. Dewan juri akan memilih tiga juara yang berhak atas uang tunai Rp2,25 juta dan plakat. "Surabaya tempo dulu `kan belum padat penduduknya, belum macet, dan belum ada banjir. Kota Surabaya sangat indah, tapi kebanggaan atas kota Surabaya harus tetap ada. Dari segi banjir, kebersihan, dan taman hijau kota, misalnya, Surabaya masih lebih bagus," katanya. Misalnya, Fajar yang menggambarkan kehidupan sosial masyarakat Surabaya jaman perjuangan kemerdekaan. Dalam gambar mahasiswa Desain Produk ITS itu terdapat gambar peperangan, pesawat tempur, bangunan kuno dan bahkan juga kisah cinta sepasang kekasih. "Ide itu tiba-tiba saja keluar," kata mahasiswa Desain Produk itu. Sama halnya dengan Anindya yang melibatkan unsur bangunan kuno dalam gambarnya. "Saya menggambar gedung sekolah jaman dulu," kata mahasiswi Fakultas Kedokteran Unair yang mengaku ikut serta untuk mengisi liburan. Zefanya beda lagi. Ia justru menggambar sosok perempuan Jepang yang cantik sebagai obyek utama dengan latar belakang bangunan kuno. "Dulu, ada daerah di Surabaya yang terkenal dengan sebutan Kembang Jepun," katanya. Sementara itu, Ketua Jurusan Arsitektur ITS Ir Purwanita Setijanti MSc PhD berharap kegiatan itu dapat meningkatkan awareness masyarakat terhadap bangunan peninggalan jaman dulu. "Saat ini marak bangunan kuno yang diubah menjadi mall. Jika banyak yang peduli merasa memiliki tentu tidak terjadi. Negara-negara di luar negeri sangat peduli dengan bangunan bersejarah yang mereka miliki," katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008