New York (ANTARA News) - Dua calon kandidat presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Barack Obama dan Hillary Rodham Clinton, pada Kamis malam saling berhadapan dalam debat cukup panas yang berlangsung di Texas. Debat itu berlangsung di tengah upaya Hillary untuk mengimbangi Obama, yang telah mengalahkannya 11 kali berturut-turut, dalam pemilihan awal sejak ajang `Super Tuesday` pada 6 Februari lalu. Debat antara kedua calon yang bersaing secara ketat itu diawali dengan pemaparan pendapat mereka tentang berbagai isu, seperti masalah pelayanan kesehatan, ekonomi, hingga bagaimana hubungan AS dengan Kuba pasca mundurnya Presiden Fidel Castro, sosok yang dibenci kalangan pemerintah AS. Soal bagaimana keduanya menanggapi perkembangan terakhir menyangkut pemerintahan di Kuba dengan mundurnya Castro, Obama dan Hillary berbeda pendapat. Obama mengatakan dirinya bersedia bertemu dengan Raul Castro --presiden yang menggantikan Fidek Castro-- dan dengan Raul ia akan menekankan agenda AS seperti soal penegakan hak asasi manusia (HAM) di negara komunis tersebut. Sementara Hillary --senator asal New York-- mentah-mentah menolak bertemu dengan Raul sebelum adik Fidel Castro itu menjalankan reformasi politik dan ekonomi. Debat yang awalnya berlangsung tenang-tenang saja kemudian berangsur menjadi panas, di mana Hillary kembali menyerang Obama dengan isu penjiplakan pidato Gubernur Massachusetts, Deval Patrick. Obama --senator asal Illinois-- menangkis tuduhan penjiplakan tersebut dengan mengatakan tuduhan yang dilontarkan Hillary tersebut sebagai hal yang "bodoh". Obama sendiri kemudian mendapat sambutan tepukan tangan meriah ketika ia mengatakan, "Sebaiknya kita tidak menghabiskan waktu dengan saling menjatuhkan. Lebih baik waktunya dipakai untuk mengangkat kondisi negara kita." Sejauh ini, sejak `Super Tuesday` -- pemungutan suara besar besaran di lebih dari 20 negara bagian, Obama telah menyapu bersih 11 kali kemenangan atas Hillary dalam pencalonan dari Partai Demokrat. Menurut pengumuman yang dikeluarkan hari Kamis oleh Democrats Abroad -- organisasi yang berhubungan dengan partai nasional, Obama telah memenangi pemungutan suara bagi Partai Demokrat di tingkat nasional. Obama, demikian laporan Democrats Abroad, memenangi pemungutan suara yang diikuti oleh para pemilih yang terdaftar di Partai Demokrat di luar negeri yang mencoblos secara langsung maupun melalui internet dan surat. Democrats Abroad juga mengungkapkan ada lebih dari 20.000 warga negara AS di luar negeri dan merupakan pemilih Partai Demokrat yang memberikan suaranya dalam pemungutan yang berlangsung pada 5 hingga 12 Februari lalu. Hasil penghitungan yang diumumkan hari Kamis menunjukkan bahwa Obama menang dengan meraih 65 persen suara. Menurut Democrats Abroad, para pemilih Partai Demokrat di luar negeri, yang berada di 164 negara, memberikan suara mereka melalui internet, sementara mereka yang tinggal di 30 negara lainnya melakukan pencoblosan secara langsung di berbagai tempat, seperti Australia dan Kosta Rika di hotel-hotel, di Irlandia di bar, dan di Thailand di kedai kopi waralaba Starbucks. Sementara itu, Texas adalah negara bagian yang sangat penting baik bagi Obama maupun Hillary karena negara bagian tersebut menyediakan jumlah delegasi cukup besar, yaitu 228 untuk perolehan dukungan. Saat ini, Obama masih memimpin dengan 1.319 delegasi dibandingkan Hillary yang baru mengumpulkan 1.245 dukungan delegasi. Obama atau Hillary harus dapat mengumpulkan 1.025 delegasi untuk dapat memenangi pencalonan dari Partai Demokrat. Salah satu dari mereka akan berhadapan dengan kandidat dari Partai Republik pada Pemilu Presiden AS bulan November mendatang. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008