Tokyo (ANTARA News) - Indonesia merencanakan untuk menghentikan pengiriman sample virus flu burung ke luar negeri, seperti ke Hong Kong, begitu pembangunan sepuluh laboratorium penanganan flu burung selesai dibangun di tanah air. "Bila laboratorium flu burung sudah terbangun semuanya dari ujung ke ujung Indonesia, maka kita akan semakin mandiri dalam menangani penyebaran flu burung ini," kata Dirjen Peternakan Departemen Pertanian Tjeppy D Sudjana di Tokyo, Sabtu malam. Hal itu dikemukakan dirjen seusai penandatangaan kontrak pembangunan laboratoriun penanganan flu burung (avian influenza) yang ke sembilan antara Departemen pertanian dengan mitranya Sumitomo Mitsui Construction Co.Ltd di Keio Plaza Hotel, kawasan Shinjuku, Tokyo. Pembangunan laboratorium itu merupakan laboratorium yang kesembilan yang dibangun berdasarkan kerjasama antara Jepang dan Indonesia. Laboratorium yang dikalangan internasional disebut sebagai DIC (Desease Investigation Center) itu akan dibangun di Subang, Jawa Barat. Subang dijadikan pusat khusus untuk penanganan virus H5N1 (flu burung) di kawasan barat pulau Jawa, yang seperti Jabotabek, Depok dan Banten. Tujuh lainnya sudah terbangun dan tinggal sedikit lagi untuk melengkapi rencana pembangunan sepuluh laboratorium penanganan flu burung dan virus ganas hewan lainnya di tanah air. "Luasnya wilayah Indonesia membutuhkan pusat-pusat laboratorium yang handal dan terbagi merata di semua kawasan. Dengan demikian penanganan yang segera dan terpadu bisa segara dilakukan," kata Tjeppy. Selama ini, katanya, untuk memastikan virus flu burung atau bukan, pemerintah harus mengirimkannya ke Hong Kong, sementara penyakitnya sudah menyebar begitu cepat dan membutuhkan penanganan yang segera. Saat ini terdapat delapan laboratorium sejenis, di antaranya di Medan, Bukit Tinggi dan Tanjung Karang, khusus untuk wilayah Sumatera. Kemudian di Banjar Baru (untuk Kalimantan), dan Maros (untuk Sulawesi). Di Pulau Jawa dibangun di Subang, Yogyakarta dan Denpasar. Kerja sama internasional memang sangat ditekankan belakangan ini, menyusul meluasnya penyebaran virus flu burung di kawasan Asia, terutama di Asia Tenggara. Bahkan sudah menyebar ke Eropa seperti di Turki dan Rumania. Negara-negara ASEAN sendiri saat ini terus meningkatkan kerjasamanya mengingat kawasan tersebut hingga kini mencatat kasus flu burung tertinggi di dunia. Indonesia hingga kini masih tercatat sebagai negara terbesar dalam kasus terjadinya flu burung jatuhnya korban dari penyakit itu. Indonesia pertamakali melaporkan terjadinya kasus flu burung pada 2003. Saat ini tercatat 113 penduduk Indonesia dinyatakan positif terinfeksi virus yang ditularkan melalui unggas itu, 97 diantaranya meninggal dunia. Laporan PBB sendiri menemukan sedikitnya tercatat lebih dari 310 kasus dengan 190 kematian pada manusia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008