Jakarta (ANTARA) - Pada Jumat (14/6) serikat pekerja Renault Samsung memberikan suara untuk kesepakatan upah guna mengakhiri perselisihan selama berbulan-bulan, dan produsen mobil itu mengaku terganggu oleh kerugian output dan upaya mengamankan volume produksi untuk ekspor.

Dalam pemungutan suara itu atas kesepakatan upah, 74 persen dari 2.063 pekerja Renault Samsung memberikan suara untuk upah yang pernah direvisi dan setelah kesepakatan tentatif pertama ditolak oleh serikat pekerja bulan lalu.

Kesepakatan yang direvisi mencakup deklarasi untuk kelangsungan hidup bersama antara perusahaan dan serikat pekerja, meskipun tidak ada syarat atau ketentuan baru yang ditambahkan.

Baca juga: Renault kenalkan tiga purwarupa mobil listrik

Baca juga: Renault ngebet merger dengan Nissan


"Perusahaan awalnya meminta serikat pekerja untuk berhenti melakukan pemogokan sampai akhir tahun 2020 jika serikat menginginkan negosiasi ulang dengan perusahaan. Karena kami menolak untuk menerima permintaan, tidak ada kerangka waktu yang termasuk dalam deklarasi," kata wakil ketua serikat Renault Samsung, Joo Jae-joung, yang dikutip Kantor Berita Yonhap, Sabtu.

Kedua belah pihak mencapai kesepakatan tentatif keduanya pada Rabu (12/6) ketika serikat pekerja kembali ke meja perundingan dari pemogokan selama seminggu di satu-satunya pabrik mobil Renault di Busan, 450 kilometer selatan Seoul.

Sebelumnya, pekerja Renault Samsung melakukan 62 putaran pemogokan dari Oktober hingga 19 April, yang menghasilkan perkiraan kerugian produksi lebih dari 14.320 kendaraan.

"Pemogokan keseluruhan menelan biaya perusahaan sekitar 300 miliar won (Rp3,6 triliun)," kata seorang juru bicara perusahaan.

Tidak hanya kerugian yang diakibatkan oleh aksi mogok tersebut, penjualan Renault Samsung pun mengalami penurunan hingga 36 persen menjadi 67.158 kendaraan pada periode Januari-Mei dari 104.097 unit setahun sebelumnya.

Dalam kesepakatan tersebut, Renault Samsung menawarkan bonus sekitar 12 juta won (Rp144 juta) per pekerja untuk kontribusi mereka terhadap kinerja produsen mobil pada tahun 2018 dengan dalih menaikkan gaji pokok.

Perjanjian manajemen tenaga kerja muncul di tengah kekhawatiran yang berkembang tentang menurunnya tingkat pemanfaatan pabrik dan nasib pembuat mobil itu sendiri.

Bulan lalu, Kepala Eksekutif Renault Samsung, Dominique Signora menyatakan keprihatinannya dengan mengatakan, "Sangat penting bagi perusahaan dan serikat pekerja untuk menyegel perjanjian upah dan kesepakatan bersama untuk mengamankan volume produksi untuk SM3 dan XM3 untuk ekspor ke Eropa."

Renault Samsung menghasilkan kendaraan seperti, compact SM3, sedan SM5, sedan menengah atas SM6, sedan besar SM7, SM3 Z.E. mobil all-electric dan SUV QM6. Perusahaan ini juga memproduksi SUV Nissan Motor Co. dengan kontrak manufaktur. SUV kompak QM3 dibuat di Spanyol dan dikirim ke Korea.

Renault S.A. memiliki 80 persen saham di Renault Samsung.

Baca juga: Honda, Audi dan Renault pakai speaker pintar

Baca juga: Renault-Fiat bakal merger, Prancis minta pabriknya tetap dibuka
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2019