Jakarta (ANTARA News) - Ilmuwan Afrika Selatan sedang mengembangkan reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) skala kecil sekitar 40-110 MW seukuran ruangan 4x4 m2 yang disebut "pebble bed modular reactor" (PBMR). "Banyak yang tertarik dengan PBMR ini karena ukurannya yang kecil sehingga dapat dipakai sebagai pembangkit listrik di daerah-daerah pelosok atau pulau-pulau yang membutuhkan listrik," kata Pakar Nuklir Dr Mohammad Ridwan di Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Jakarta, Rabu. Keunggulan lainnya, ujar mantan pejabat IAEA (Badan Energi Atom Internasional) itu, PBMR sangat aman karena bahan bakarnya bukan lagi berbentuk batangan tetapi berbentuk kelereng yang dilapisi silikon keramik. PLTN yang selama ini digunakan di dunia selalu berskala besar, karena sistemnya memang tak bisa dibagi-bagi kurang dari kapasitas 600 MW, ujarnya. PLTN yang ide awalnya berasal dari ilmuwan Jerman ini, lanjut dia, sudah dibuat disainnya, dijadwalkan pada 2009 akan mulai dibangun contohnya dan mulai dilakukan eksperimen pengisian bahan bakarnya pada 2011, baru 2-3 tahun berikutnya bisa dikomersialkan. Mengenai biaya investasi hingga harga listrik yang bakal dihasilkan PLTN generasi keempat ini, Ridwan mengatakan, belum mengetahui sampai sejauh itu. Jenis reaktor pebble-bed ini juga telah disahkan (well proved design) jauh lebih efisien dan resisten terhadap proliferasi senjata nuklir dengan pengayaan uranium-235 hanya 60 persen. Ini berbeda dengan PLTN Terapung yang bahan bakar Uraniumnya harus diperkaya sampai 90 persen (padahal untuk membuat bom nuklir perlu pengayaan 98 persen, sementara PLTN hanya perlu pengayaan lima persen dan reaktor riset 20 persen) sehingga akan selalu dicurigai. Sementara itu mengenai PLTN Terapung, ia mengatakan, saat ini baru Rusia yang mulai mengembangkannya sejak 2007 serta dijadwalkan selesai pada 2009.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008