Jakarta (ANTARA News) - Pertumbuhan kredit properti sampai akhir tahun 2007 diperkirakan sebesar 28,5 persen dinilai masih aman karena 65 persen lebih ditujukan membiayai Kredit Pemilikan Rumah (KPR). "Ini berbeda sebelum krisis ketika kredit properti didomimasi kredit konstruksi (kepada pengembang)," kata pengamat properti, Panangian Simanungkalit, mengenai prospek sektor properti tahun 2008, Selasa. Sedangkan untuk tahun 2008, Panangian memperkirakan pertumbuhan sektor properti mencapai Rp184 triliun. Naik, tetapi tidak secepat tahun 2007. "Kalau tahun 2007 tumbuh 28 persen maka 2008 tumbuh 24 persen," ujarnya. Sementara itu, kredit konstruksi diperkirakan mencapai Rp38 triliun atau hanya 20 persen dari total kredit. Masih dalam batas aman apalagi Bank Indonesia selaku bank sentral memiliki rambu yang sangat ketat, kata Panangian. Sisanya, sekitar 15 persen disalurkan dalam bentuk kredit ke sektor realestat semacam KPR akan tetapi untuk rumah dengan harga di atas Rp250 juta sehingga kredit properti tahun 2008 masih sangat aman, jelasnya. Apabila dilihat dari kontribusi KPR terhadap kapitalisasi di sektor perumahan tahun 2007 sebesar 69 persen, sedangkan dalam tahun 2008 masih stabil sekitar 66 persen. Hal ini karena nilai kapitalisasi di sektor ini naik dari Rp22 triliun tahun 2007 menjadi Rp29 triliun tahun 2008, ujar Panangian. Hal ini juga dapat dilihat dari penjualan rumah tahun 2007 sebesar 80 persen didominasi rumah dibawah Rp250 juta (KPR subsidi untuk harga rumah kurang dari Rp50 juta, KPR non subsidi untuk harga Rp50 sampai Rp100 juta, serta KPR swasta untuk harga Rp100 juta sampai Rp250 juta).(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008