Tegal (ANTARA News) - Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Meteorologi Kota Tegal memprediksi potensi bencana banjir dan longsor yang terjadi di Pulau Jawa bagian selatan akan berlangsung hingga Februari 2008, menyusul munculnya badai "Depressi Tropis" di perairan Indonesia. Kepala BMG Stasiun Meteorologi Kota Tegal, Agus Hadi Utomo di Tegal, Jateng, Minggu mengatakan munculnya embrio badai yang belum lama ini terjadi di 14,5 LS dan 117,8 BT dengan kecepatan angin di pusatnya mencapai 30 knot diperkirakan akan aktif menjadi badai tropis selatan. "Embrio badai muncul di selatan Nusa Tenggara Barat dan pergerakan angin menuju arah barat daya akan terletak di atas Pulau Jawa, terutama Jateng bagian selatan dan Jawa Timur, Bali, dan NTB. Akibat uap air tertarik ke semua daerah itu maka wilayah tersebut paling rawan hujan lebat yang disertai angin kencang," paparnya. Menurut dia, saat ini, kondisi berbahaya terjadi di perairan Laut Jawa bagian timur seperti selatan Kalimantan, Jateng dan Jatim bagian utara, dan Selat Makasar sebab ketinggian gelombang bisa mencapai empat hingga lima meter sedangkan untuk Sumatera Barat, Bengkulu dan Banten ketinggian gelombang air mencapai tiga meter. "Karena itu, kami imbau para nelayan untuk tidak melakukan aktivitas melaut di perairan tersebut dan jangan sampai peristiwa tenggelamnya KM Senopati terulang lagi," katanya. Agus menambahkan, akibat fenomena La Nina maka puncak musim hujan dengan intensitas yang cukup tinggi diperkirakan akan terjadi pada Januari mendatang sehingga masyarakat yang berada di wilayah selatan agar meningkatkan kewaspadaannya terhadap bencana banjir dan longsor. "Bencana banjir dan longsor ini bisa terjadi sewaktu-waktu sehingga kami minta warga waspada adanya gejala bencana alam ini," tandasnya. Sementara itu, sejumlah nelayan di Tegal, mengatakan akibat memburuknya cuaca dan gelombang tinggi yang terjadi di perairan Pulau Jawa, para nelayan tidak berani melaut. Junaidi, salah seorang nelayan mengatakan, dalam tiga hari terakhir ini, ratusan nelayan tidak ada yang berani mencari ikan di laut karena takut kapalnya tenggelam atau pecah dihantam gelombang. "Dalam beberapa hari ini kami sudah tidak melaut dan saat ini para nelayan tidak mempunyai penghasilan lagi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007