Baghdad (ANTARA) - Keputusan Exxon Mobil untuk mengungsikan staf asingnya dari ladang minyak Qurna Barat 1 di Irak Selatan pada Sabtu (18/5) "tak bisa diterima dan tak bisa dibenarkan", kata Menteri Perminyakan Irak Thamer Ghadhban pada Ahad.

"Penarikan pegawai --meskipun jumlah mereka sedikit-- untuk sementara tak ada kaitannya dengan situasi keamanan atau ancaman di ladang minyak di Irak Selatan, tapi itu memiliki alasan politik," kata Ghadhban di dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad malam.

Exxon Mobil, yang memiliki kontrak jangka panjang untuk meningkatkan ladang minyak atas nama Perusahaan Minyak Selatan negara Irak, menarik semua staf asingnya, sebanyak 60 orang, kata beberapa pejabat Irak.

Pengungsian tersebut dilakukan cuma beberapa setelah Amerika Serikat menarik staf tidak penting dari kedutaan besarnya di Ibu Kota Irak, Baghdad. Tindakan itu diduga dilakukan karena kekhawatiran mengenai dugaan ancaman dari Iran --yang memiliki hubungan erat dengan milisi Syiah Irak.

Ghadhban mengatakan ia mengirim surat kepada Exxon Mobil untuk meminta perusahaan tersebut segera kembali bekerja di ladang minyak Irak Selatan, sebelum pertemuan dengan pejabat pelaksana perusahaan pada akhir pekan.

Produksi di ladang minyak itu tidak terpengaruh oleh pengungsian tersebut dan pekerjaan berjalan normal, yang diawasi oleh para insinyur Irak, kata Kepala Perusahaan Minyak Selatan, milik negara Irak, yang memiliki ladang minyak itu, Ihsan Abdul Jabbar pada Sabtu. Ia menambahkan bahwa produksi tetap sebanyak 440.000 barel per hari.

Baca juga: Exxon Mobil evakuasi staf asing dari ladang minyak Irak

Sumber: Reuters

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019