Jakarta (ANTARA News) - Partai Golkar dan UMNO Malaysia menyadari pentingnya hubungan baik kedua negara, bahkan kedua partai sepakat untuk meningkatkan komunikasi dan dialog untuk mendekatkan perasaan serumpun di tengah isu-isu sensitif dan sejumlah kasus yang akhir-akhir menegangkan kedua pihak. Kesepakatan itu dicapai dalam pertemuan selama dua hari antara jajaran pimpinan DPP Golkar dan UMNO di Kuala Lumpur, Malaysia pada Jumat (21/12) dan Sabtu. Delegasi Golkar dipimpin Wakil Ketua Umum Agung Laksono. Pertemuan ini untuk menyikapi perkembangan hubungan kedua negara yang sering diwarnai ketegangan. Delegasi Golkar antara lain terdiri atas Sekjen Golkar Soemarsono, Kedua DPP Golkar Muladi, Ali Wongso Sinaga dan Agus Gumiwang, Ketua Departemen Hubungan Luar Negeri Yasril Ananta Baharuddin, artis politisi Nurul Arifin, sejumlah kader muda Golkar seperti Yuddy Chrisnandy, Ace Hasan Sadzily, Gatot Sudaryanto, Darul Siska dan Muhammad Muas. Mereka diterima sekaligus berdialog dengan Presiden UMNO yang juga Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi dan dalam pertemuan terpisah diterima Wakil Presiden UMNO/Wakil PM Malaysia Dato Muhammad Nadjib. Meski membahas isu-isu sensitif kedua negara, pertemuan tetap diwarnai persahabatan dan semangat untuk menyelesaikan persoalan secara damai dengan mengedepankan komunikasi dan dialog terbuka. Pertemuan dua hari ini pun membahas sejumlah isu sensitif terutama masalah TKI dan masalah kebudayaan terkait adanya lagu dan tarian dari daerah Indonesia yang diklaim berasal dari Malaysia. Tetapi pertemuan itu tidak menyentuh isu paling sensitif kedua negara, yaitu mengenai pertahanan dan keamanan dimana beberapa kali Indonesia melayangkan protes kepada Malaysia terkait pelanggaran wilayah kedaulatan oleh kapal dan pesawat tempur Malaysia di wilayah sekitar Ambalat. Persoalan tapal batas juga tidak dibahas secara luas. Hanya saja, kedua pihak sepakat akan menyelesaikan persoalan secara cepat dengan dialog jika ada masalah yang mengganggu hubungan kedua negara. Kerja sama kedua partai akan semakin ditingkatkan. Pada prinsipnya, Golkar dan UMNO tidak ingin hubungan serumpun itu tercedera oleh isu sensitif dan kasus-kasus yang terjadi akhir-akhir ini. Agung Laksono mengemukakan, Golkar sebagai pemenang Pemilu di Indonesia merasa terpanggil untuk menyikapi isu-isu sensitif kedua negara dan kasus-kasus yang terjadi di kedua negara. Hal itu sebagai bagian dari peran politik Golkar menyikapi banyaknya aspirasi dari masyarakat terkait peran hubungan luar negeri Golkar. "Isu-isu sensitif perlu dipertanyakan dan perlu ditanggapi agar tidak mengganggu hubungan baik kedua negara yang sudah lama terjalin," kata Agung Laksono dan menambahkan, masyarakat Indonesia mempertanyakan langkah Malaysia yang mengklaim lagu Rasa Sayange serta lagu daerah lainnya dan sejumlah kesenian tradisional Indonesia yang juga diklaim Malaysia. Agung mengemukakan, sebenarnya Indonesia tidak keberatan dengan pengembangan seni budaya Indonesia di Malaysia, tetapi jangan melupakan asal-muasal seni budayanya. Ali Wongso Sinaga mengemukakan, kedua pihak harus memiliki tekad yang semakin kuat untuk membenahi persoalan TKI. Percaloan harus diberantas kedua pihak dan kasus-kasus kekerasan terhadap TKI harus diakhiri. Golkar menawarkan agar paspor TKI tidak disimpan oleh majikan tetapi disimpan oleh KBRI. Sedangkan Nurul Arifin mengingatkan pemerintah Malaysia mengenai hak mendapatkan pendidikan bagi anak-anak TKI yang ada di Malaysia. Anak-anak TKI masih mendapatkan diskriminasi dalam hak memperoleh pendidikan. Jumlah anak-anak TKI itu sekitar 30 ribu anak. Kasus-kasus hukum yang melibatkan majikan TKI dinilai Nurul Arifin lamban penyelesaiannya, bahkan sampai bertahun-tahun. PM Malaysia Abdullah Ahmad Badawi sepakat bahwa hubungan baik kedua negara harus dijaga dan ditingkatkan untuk kebaikan kedua pihak di masa mendatang. Dialog-dialog akan mendorong hubungan baik itu eksis. "Masih banyak ruang-ruang kosong dalam hubungan kedua negara yang perlu dimanfaatkan dalam berbagai bidang," katanya. Di bidang ekonomi, semakin banyak investor Malaysia yang menanamkan modal di Indonesia. Bila semula Malaysia dikenal menempatkan investor kelapa sawit, kini semakin banyak investasi Malaysia di Indonesia. Mengenai adanya klaim sejumlah seni budaya Indonesia oleh pihak Malaysia, Kementerian Penerangan dan Kementerian Pelancong Malaysia menjelaskan bahwa lagu Rasa Sayange, misalnya, merupakan lagu dari wilayah nusantara yang tidak dikenal penciptanya. Lagu tersebut juga bisa didengarkan di negara lain. Namun apabila sikap Malaysia dianggap menyinggung masyarakat dan pemerintah Indonesia, Malaysia meminta maaf. Wakil PM Malaysia Dato Muhammad Nadjib menilai bahwa Indonesia terlalu sensitif dengan kejadian-kejadian di Malaysia, terutama kejadian yang terkait WNI. Masyarakat Indonesia menganggap bahwa dalam kasus-kasus tersebut, ada keterlibatan pemerintah. "Padahal dalam kasus Nirmala, orang Malaysia juga amat menangis," katanya. Dalam pertemuan juga mencuat mengenai kemungkinan terjadinya persepsi yang berbeda dalam memandang kejadian atau isu yang terjadi di kedua negara. Perbedaan persepsi itu terutama bermula dari media massa di kedua negara. Karena itu, media massa di kedua negara harus memiliki persepsi yang sama dalam memandang hubungan kedua negara dan memandang kasus atau isu yang berkembang. Dalam kaitan ini pula, kerja sama antarmedia di kedua negara dipandang perlu untuk menyamakan persepsi tentang hubungan kedua negara dan sikap yang sama terkait isu sensitif kedua negara.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007