Mataram (ANTARA) - Tiga senator petahana asal Nusa Tenggara Barat tumbang setelah Komisi Pemilihan Umum NTB menetapkan hasil perolehan suara anggota DPD RI yang akan mewakili provinsi itu di Senayan, Jakarta, untuk lima tahun ke depan, Senin.

Dari empat calon senator petahana NTB, hanya satu orang yang bertahan di Senayan, sedangkan tiga lainnya tumbang.

Empat senator yang terpilih tersebut, yakni pertama pendatang baru calon nomor urut 26 Evi Apita Maya yang meraih 283,932 suara, selanjutnya di posisi kedua calon nomor urut 21 H Achmad Sukisman Azmy 268,905 suara, ketiga diisi calon nomor urut 29 TGH Ibnu Halil memperoleh 245.570 suara dan posisi  keempat calon petahana nomor urut 35 HL Suhaimi Ismy yang memperoleh 207.352 suara.

Sementara yang tumbang  tiga calon petahana yang sebelumnya menjadi senator NTB di DPD RI, yakni Prof Farouk Muhammad hanya mampu meraih 188.687 suara, selanjutnya Hj Baiq Diah Ratu Ganefi 126.811 suara dan mantan istri Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi, Hj Robiatul Adawiyah hanya mampu meraup 114.534 suara.

Beberapa nama yang sebelumnya sempat diunggulkan akan melaju ke Senayan karena mendapat dukungan besar dari salah satu organisasi Islam terbesar di NTB, Nahdatul Wathan (NW), juga tidak terpilih, seperti H Irzani yang hanya memperoleh 173.769 suara. Kemudian, HL Gede Syamsul Mujahidin 155.363 suara dan Ketua PGRI NTB H Ali Rahim hanya mampu meraih 141.008 suara.

"Ini bukti Pemilu 2019 demokratis, semua masyarakat memilih. Tingkat partisipasi warga NTB juga tinggi. Itu artinya masyarakat secara demokratis sudah memberikan haknya untuk memilih pemimpin (pilpres), serta memilih anggota DPR, DPD dan DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota," ujar Ketua KPU NTB Suhardi Soud.

Sebelumnya, kepada sejumlah wartawan, calon pendatang baru yang terpilih ke Senayan Evi Apita Maya Evi Apita Maya mengaku keberhasilannya mendulang suara signifikan pada Pemilu 2019 karena pihaknya telah membentuk tim kerja sejak setahun lalu.

Tim yang dibentuk merupakan para generasi milenial yang direkrut khusus dan terpantau bekerja solid dan masif di wilayah tugasnyamasing-masing.

"Memang kita jarang melakukan publikasi ke media terkait gerakan kita selama ini. Itu strategi, karena kita fokus pada gerakan menghimpun suara generasi milenial melalui diskusi rutin yang kita lakukan di kedai-kedai kopi yang biasanya menjadi tongkrongan para anak muda di NTB," ujarnya.

Terkait banyaknya pemilih yang memilihnya karena fotonya yang tercantum di surat suara Pemilu 2019  paling menonjol kecantikannya dari para calon anggota DPD lainnya,  Evi mengaku hal itu terserah masyarakat memberikan penilaian.

Ia mengatakan perjuangannya merebut satu dari empat kursi yang ada saat ini dipastikan bukan aji mumpung.

"Saya blusukan  mulai dari Ampenan hingga Sape di ujung Pulau Sumbawa.  Masyarakat tidak mengenal calon anggota DPD RI termasuk tupoksi mereka selama ini.

"Di sinilah peluang saya menjelaskan hal itu terkait kinerja DPD ke depan kepada masyarakat. Dan syukur alhamdulilah, di semua daerah yang pernah saya kunjungi, perolehan suara saya signifikan," kata Evi. 
 

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Eddy K Sinoel
Copyright © ANTARA 2019