Tangerang (ANTARA) - Komisi Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Pandemi Influenza (FBPI) menduga penyebab meninggalnya korban flu burung Nyonya Mut (28) warga Cikokol, Kota Tangerang, Banten, disebabkan virus dari kotoran hewan unggas. "Dugaan sementara penyebab kematian Ny. Mut disebabkan virus flu burung dengan kode H5-N1 yang ditimbulkan dari kotoran hewan unggas," kata Wakalakhar I Komnas FBPI, Emil Agustiono, di Tangerang, Rabu. Ny. Mut warga Jalan Baru Cikokol, Kota Tangerang meninggal akibat positif terjangkit virus flu burung pada hari Senin (10/12) di RS Persahabatan, Jakarta Timur dan dugaan awal pihak Dinas Pertanian Kota Tangerang, korban tertular virus dari pupuk kandang (kompos) yang dibuat dari kotoran hewan non-unggas. Emil mengatakan, hingga saat ini kasus penyebaran flu burung masih disebabkan jenis dari unggas dan belum ada hasil penelitian yang menunjukkan virus mematikan tersebut berasal dari hewan selain unggas. Menurut Emil yang juga Deputi Menkokesra, virus H5-N1 mampu bertahan hidup hingga dua bulan dengan kondisi suhu lingkungan normal antara 20 hingga 25 derajat celcius. Ditempat terpisah, Asa Ahmad (45), pembuat pupuk kandang yang biasa dibeli Ny. Mut, mengelak jika produk buatannya berasal dari kotoran hewan unggas atau hewan jenis lainnya, karena pupuk penyubur tanah yang biasa dibuatnya berasal dari bahan serbuk gergaji dan sisa pembakaran jerami. Ia mengatakan, sebagai pengrajin pupuk kandang sejak tahun 2002, tidak pernah ada kasus konsumennya yang meninggal karena terjangkit virus flu burung yang disebabkan pupuk kandang buatannya. Sementara itu, Sekjen Komnas Penanganan Flu Burung Depkes, Bayu Krisna Mukti mengatakan, penyebab kasus kematian Mut yang disebabkan terjangkit virus flu burung dari kotoran hewan akan dibuktikan melalui penelitian, meski mengalami kendala. Dia menambahkan, sampel pupuk kandang yang diduga sebagai penyebab tertular virus flu burung sulit untuk ditemukan. Namun dia mengatakan, padahal dari hasil sementara

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007