Jakarta (ANTARA News) - Maskapai penerbangan swasta Lion Air memastikan akan mengkaji ulang (review) program perawatan 5 pesawat jenis MD-90 miliknya. "Program maintenance-nya kami kaji ulang, khususnya terkait komponen penutup (fairing) ring mesin bagian belakang (exhaust nozzle assy) MD-90," kata Manajer Hubungan Masyarakat Lion Air, Hasyim Arsal Al-Habsi, kepada pers di Jakarta, Jumat. Hasyim menjelaskan, ke depan secara berkala komponen tersebut akan dicek dalam program perawatan, meski manufakturnya tidak memasukkannya sebagai daftar check-list. "Memang tidak mandatory (wajib) tapi ini untuk peningkatan, kesalahan sekecil apapun tidak ada toleransi," katanya. Selain itu, Lion akan merekomendasikan kepada setiap pilotnya untuk memperhatikan secara khusus saat melakukan pengecekan secara umum dengan berjalan mengelilingi pesawat sebelum terbang. "Jadi, ini catatan tersendiri. Kita sangat serius memperhatikan persoalan yang sebenarnya sepele karena komponen itu sendiri hanya asesoris," kata Hasyim. Terbukti, tambahnya, sebelum ditemukan hilang atau terlepas pada saat A-04 check, Rabu malam (5/12), pesawat tersebut sempat terbang ke sejumlah tujuan sejak Selasa pagi (4/12), kondisinya normal. Pesawat MD-90 yang diketahui fairing ringnya, tepatnya pada bagian yang disebut "inner skin" itu, saat kejadian Selasa pagi diterbangkan oleh Capt Pilot Hariyanto dan Co-pilot Ade H. Pesawat buatan 1997 itu memiliki jam terbang hingga 30 Nopember sebanyak 15.947 jam. Sementara itu, hasil investigasi awal oleh internal Lion Air menyebutkan, insiden terlepasnya salah satu bagian pesawat jenis MD-90 Lion Air di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Selasa lalu, diduga karena kendurnya salah satu kancing perekat. "Terlepas karena salah satu dari ratusan perekatnya kendor kemudian terdorong oleh tenaga mesin sehingga terlepas," kata Quality Assurance Manager Lion Air Heru Susilo. Pemeriksaan sudah dilakukan oleh Lion Air bersama otoritas penerbangan, dan Boeing sebagai pabrikan pesawat. Bagian yang terlepas itu adalah inner skin yang terbuat dari bahan titanium pada bagian dalam exhaust nozzle dengan panjang sekitar 4 meter dan lebar sekitar 30 centimeter. "Pelapis bagian dalam atau inner skin pada semacam knalpot," kata Heru. Dia menjelaskan, inner skin itu direkatkan dengan sistem kancing (revert) dan sesuai panduan perawatan dari Boeing, bagian pesawat yang terlepas itu tidak masuk dalam check list pemeriksaan. Meski tetap berkukuh bahwa terlepasnya bagian pesawat itu tidak berpengaruh terhadap aspek keselamatan, Heru menegaskan, Lion Air akan merekomendasikan kepada Boeing untuk menerbitkan metode pemeriksaan bagian itu. "Ini kasus menarik, yang kedua kalinya di dunia," katanya. Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal sebelumnya mengatakan, kejadian itu pasti mempengaruhi aspek keselamatan. Meski bukan struktur utama, terlepasnya bagian itu dapat menimbulkan masuknya angin di struktur yang sensitif. Selain itu, serpihan yang jatuh di landasan pacu dapat menjadi barang asing (Foreign Object Damage/FOD) yang berpotensi mengganggu operasi pesawat lain. Capt. Haryanto, pilot pesawat Lion Air yang mengalami insiden itu, mengakui bahwa lepasnya inner skin itu bisa mempengaruhi aspek keselamatan pesawat lain. Namun tidak untuk pesawat bersangkutan. "Sejak start mesin tidak ada yang aneh, alat perekam juga menunjukkan tidak ada performance yang melebihi atau kurang dari limitasi kondisi normal," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007