Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah siap memberikan insentif, terutama fiskal, untuk produksi mobil hibrid di Indonesia yang kini tengah dikembangkan sejumlah produsen otomotif di berbagai negara maju. "Kami mendukung pembuatan mobil hibrid, terutama yang dibuat di dalam negeri. Jadi jangan hanya impor," kata Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika (IATT) Depperin Budi Darmadi, usai mencoba mobil hibrid Mitsubishi Innovative Electric Vehicle (I-MIEV), di Jakarta, Selasa. Ia mengatakan, bila produsen mobil dunia berencana investasi merakit mobil hibrid di Indonesia, maka mereka bisa mendapatkan fasilitas perpajakan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu. "Artinya produksi mobil dengan menggunakan teknologi hibrid bisa menjadi industri pioner dan prioritas, itu akan mendapatkan insentif fiskal, berupa pajak penghasilan (pph)," katanya. Sesuai PP Nomor 1 Tahun 2007 tersebut, industri yang termasuk kategori pioner dan menjadi prioritas atau diproduksi di daerah tertentu akan mendapat sejumlah fasilitas pajak, antara lain penghapusan PPh badan. Budi mengatakan, produksi mobil hibrid di Indonesia sangat memungkinkan, karena Indonesia telah menguasai teknologi produksi mobil. Hanya baterai yang menjadi andalah sistem hibrid yang belum bisa diproduksi di Indonesia. "Komponen baterai (hibrid) nanti bisa juga dapat fasilitas penghapusan bea masuk (BM), karena masuk dalam komponen yang belum bisa dibuat di Indonesia," katanya. Namun, sebelum memberi berbagai fasilitas tersebut, kata dia, pemerintah akan melihat dulu rencana bisnis dan keseriusan para produsen otomotif untuk menjajaki pasar sekaligus memproduksi mobil hibrid di Indonesia. "Intinya kami sedang pelajari dan akan bicara dengan para produsen. Kami akan lihat rencana produksi mereka. Kalau mereka serius akan memproduksi sesuatu yang sifatnya menghemat bahan bakar, akan kita pertimbangkan (memberi insentif)," katanya. Sementara itu, PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) yang menjadi agen tunggal pemegang merek (Mitsubishi) membawa mobil hibrid konsepnya yaitu I-MIEV ke Indonesia untuk dipamerkan pada Konferensi PBB tentang perubahan iklim di Bali pada 3-14 Desember 2007. Menurut Presdir KTB Fumio Kuwayama, tidak tertutup kemungkinan I-MIEV yang mulai diproduksi secara komersial dan sekaligus dipasarkan di Jepang pada 2009, akan dipasarkan pula di Indonesia pada 2010. Namun, kata dia, harga kendaraan hibrid seperti I-MIEV yang tidak menggunakan bahan bakar minyak (BBM) tapi memanfaatkan tenaga listrik, masih relatif mahal, bila pemerintah Indonesia tidak memberi insentif. "Pasar mobil hibrid berkembang di Jepang, karena pemerintahnya memberi subsidi. Mobil hibrid sejalan dengan program mereka menciptakan udara bersih dan ramah lingkungan," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007