Jakarta (ANTARA News) - Lima perempuan wirausahawan sosial dari Indonesia dianugerahi penghargaan Global Ashoka berupa beasiswa dari Yayasan Ashoka yang memiliki kantor pusat di Washington DC, Amerika Serikat (AS). "Penghargaan ini diberikan kepada mereka yang telah memberdayakan perempuan untuk mampu membela hak asasinya dan berperan di masyarakat, baik dalam ranah domestik maupun publik," kata Perwakilan Ashoka Indonesia, Mira Kusumarini, dalam acara penaganugerahan penghargaan tersebut di Jakarta, Senin. Kelima penerima penghargaan tersebut adalah Septi Peni Wulandari dari Yayasan Jarimatika, Nani Zulminarni (Pekka), Farha Ciciek (Rahima), Lita Anggraeni (Rumpun dan Jala Pekerja Rumah Tangga), dan Samsidar (Relawan Perempuan Untuk Kemanusiaan/RPUK Aceh). Mira menuturkan, Septi Peni Wulandari telah menciptakan metode pendidikan yang telah tersebar luas ke seluruh Indonesia untuk mengembangkan pendidikan anak-anak sekaligus memperkaya peran ibu rumah tangga di masyarakat. Sedangkan, Nani Zulminarni berjuang untuk mengubah pola diskriminasi dan "stereotyping" yang dialami perempuan kepala keluarga (contohnya janda), antara lain dengan mengenalkan kegiatan simpan pinjam agar perempuan dapat memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. Sementara itu, Farha Ciciek dianggap berhasil dalam memperkenalkan interpretasi teks keagamaan yang menghargai kesetaraan jender di dalam pesantren dan komunitasnya. Kemudian, Lita Anggraeni berupaya untuk mengubah sikap dan kebijakan para pekerja rumah tangga yang hak-haknya diabaikan oleh sistem sosial yang patriarkis antara lain dengan menyiapkan seperangkat sistem pendidikan yang menggabungkan pelatihan keterampilan profesi dengan penyadaran hak-hak. Sedangkan, Samsidar berusaha untuk membangun serta merajut kembali rasa berkomunitas (sense of community) kepada masyarakat di Serambi Makkah, Aceh, yang traumatis akibat tragedi tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004. "Penghargaan ini juga merupakan bentuk dukungan bagi para `social entrepeneur` yang telah berkontribusi secara nyata bagi terwujudnya `Millenium Development Goals` di Indonesia," kata Mira. Ia memaparkan, kriteria seleksi dari penghargaan ini meliputi kebaruan gagasan , kreativitas, kualitas kewirausahaan, dampak sosial yang dihasilkan, serta integritas para calon. Yayasan Ashoka didirikan pada 1980, dan kini beroperasi di 60 negara lebih, serta telah berinvestasi atau memiliki beasiswa di seluruh dunia bagi sekira 1.600 wirausahawan sosial (125 di Indonesia). Anggota yayasan tersebut, antara lain ekonom dari Bangladesh, Muhammad Yunus, yang meraih Nobel Perdamaian 2006. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007