Minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni naik 1,21 dolar AS atau 1,59 persen menjadi ditutup pada 71,73 dolar AS per barel
New York (ANTARA) - Minyak berjangka naik lebih dari satu persen pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah data AS menunjukkan penurunan mendalam dalam persediaan bensin mengesampingkan kenaikan persediaan minyak mentah ke level tertinggi 17-bulan, dan ketika laporan OPEC menunjukkan pengetatan lebih lanjut pasokan minyak mentah Venezuela.

Patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni naik 1,21 dolar AS atau 1,59 persen menjadi ditutup pada 71,73 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, setelah mencapai tingkat tertinggi lima bulan di 71,78 dolar AS per barel.

Sementara itu, dikutip dari Reuters, m​​inyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei naik 0,63 dolar AS atau 0,98 persen, menjadi menetap pada 64,61 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, bertahan tepat di bawah level terkuatnya sejak pertengahan November.

"Pada akhirnya, penarikan stok bensin yang besar lebih penting bagi pasar daripada peningkatan stok minyak mentah, karena saya pikir peningkatan (stok) minyak mentah dapat dengan mudah berbalik minggu depan," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates. "Kami terlambat untuk ekspor."

Persediaan minyak mentah AS pekan lalu naik ke level tertinggi sejak November 2017 karena impor meningkat, sementara persediaan bensin mencatat penurunan tertajam sejak September 2017, kata Badan Informasi Energi AS (EIA).

Persediaan minyak mentah membengkak tujuh juta barel pekan lalu, jauh melampaui perkiraan untuk kenaikan 2,3 juta barel. Stok bensin, turun 7,7 juta barel, lebih dari tiga kali lipat yang diperkirakan para analis untuk penurunan dua juta barel.

"Meskipun kenaikan persediaan minyak mentah ukurannya hampir sama, fokus saat kita memasuki musim puncak mengemudi musim panas, adalah bensin," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.

Sanksi-sanksi AS terhadap eksportir minyak Iran dan Venezuela, serta pengurangan pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, juga mendorong harga.

"Dengan risiko-risiko geopolitik terus berdampak pada produksi dari Venezuela dan Iran, serta sekarang juga berpotensi Libya dan bahkan Aljazair, pasar minyak mentah kemungkinan akan tetap didukung sampai harga mencapai tingkat yang memuaskan untuk OPEC dan Rusia," kata Ole Hansen, analis komoditas di Saxo Bank.

Sebuah laporan bulanan OPEC yang dirilis pada Rabu (10/4/2019) menunjukkan bahwa produksi minyak Venezuela bulan lalu merosot ke level terendah jangka panjang di bawah satu juta barel per hari, karena sanksi-sanksi dan pemadaman AS.

Angka-angka ini dapat menambah perdebatan di OPEC+ tentang apakah akan mempertahankan pengurangan pasokan minyak setelah Juni. Seorang pejabat Rusia mengindikasikan pekan ini bahwa Moskow ingin memproduksi minyak lebih banyak, meskipun OPEC mengatakan pembatasan harus tetap dilakukan.

Namun, menteri energi Uni Emirat Arab mengatakan pada Rabu (10/4/2019) bahwa Rusia tidak akan meningkatkan produksinya, kecuali jika berkoordinasi dengan anggota kelompok produsen lainnya.

Protes yang menyebabkan pengunduran diri presiden veteran Aljazair bulan ini, dan bentrokan bersenjata telah meletus di dekat ibu kota Libya, Tripoli, tetapi pergolakan politik belum berdampak pada produksi minyak produsen-produsen utama Afrika Utara.

Sementara itu, sebuah laporan terbaru oleh perusahaan pengelola kekayaan dan perbankan investasi global Stifel mengatakan bahwa pasar minyak mentah kemungkinan akan kekurangan pasokan di paruh kedua tahun ini, menciptakan peluang bagi para investor.

Baca juga: Harga minyak turun dibayangi kekhawatiran permintaan energi anjlok

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019