Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia akan mengirim delegasi dari Departemen Perindustrian (Depperin) ke Jepang untuk melobi Panasonic menanamkan investasi panel "Liquid Crystal Display" (LCD) di Indonesia pasca-penutupan pabrik komponen tabung gambar (CRT) untuk televisi konvensional di Indonesia. "Saya akan menyiapkan surat, meminta menjalankan produksi televisi dengan teknologi LCD," kata Menteri Perindustrian (Menperin), Fahmi Idris, di Jakarta, Kamis. Untuk itu, lanjut dia, Depperin akan mengirim delegasi yang dipimpin Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika (IATT), Budi Darmadi, untuk melobi kantor pusat Panasonic di Jepang guna meningkatkan teknologi produksi televisi dari tabung gambar (Cathode Ray Tube/CRT), dengan membangun pabrik panel LCD di Indonesia. Fahmi mengatakan, Panasonic menutup pabrik CRT, yaitu PT Matsushita Toshiba Picture Devices Indonesia (MTPDI) karena permintaan pasar tv konvensional cenderung menurun terutama di negara-negara maju. "Memang ada permintaan yang tetap tinggi, di beberapa negara bagian di India dan Afrika, tapi kecenderungan permintaannya mengecil semua," katanya. Menurut dia, karena Matsushita sebagai pemegang merek Panasonic tidak mengganti teknologi televisi yang dibuatnya di Indonesia, maka pabrik CRT tersebut ditutup. Namun, kata Fahmi, ketika dirinya meminta pihak Panasonic mengganti teknologi produksi televisinya dari konvensional ke berbasis digital, seperti televisi LCD, keputusan mengenai hal itu ada di manajemen Panasonic di Tokyo. Oleh karena itu, Depperin menulis surat dan mengirim utusan untuk melakukan pendekatan dengan pihak Matsushita di Jepang. Sedangkan, PT Panasonic Electronic Devices Indonesia (PEDIDA) yang memproduksi pengeras suara (loud speaker) dan ditutup juga, Fahmi mengatakan bahwa hal itu terkait strategi bisnis Panasonic yang ingin memusatkan produksi komponennya termasuk speaker di Batam. "Pabrik komponen yang ada di Cibitung dipindah ke Batam. Sementara itu, Panasonic memperluas pabrik baterai lithiumnya di Indonesia," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007