Jakarta (ANTARA) - Peluang bisnis komponen otomotif di Indonesia masih terbuka lebar mengingat sampai saat ini Indonesia merupakan negara dengan angka penjualan mobil terbesar di kawasan Asia Tenggara.

Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kemenkop dan UKM Victoria Simanungkalit di Jakarta, Senin, memproyeksikan bisnis komponen otomotif di Indonesia memiliki masa depan yang menjanjikan.

“Oleh karena itu, kami memberi ruang bagi pelaku koperasi dan UKM khususnya yang bergerak di bidang komponen otomotif supaya memanfaatkan peluang tersebut,” katanya.

Berdasarkan data Federasi Otomotif ASEAN (AAF), Indonesia memimpin pasar sekaligus sebagai negara dengan angka penjualan mobil terbesar di ASEAN.
Pada 2017 penjualan mobil secara nasional 1,079 juta unit, meningkat menjadi 1,151 juta unit pada 2018.

Produksi mobil di Indonesia pada 2018 berada di peringkat kedua dengan angka 1,216 juta unit, atau tumbuh 3 persen dibandingkan capaian tahun sebelumnya 1,177 juta unit. Indonesia juga menduduki peringkat kedua terbesar industri manufaktur mobil se-Asia Tenggara setelah Thailand.

Ia mengatakan pengembangan UKM komponen otomotif sangat penting dan strategis untuk mendorong pembangunan otomotif nasional pada satu sisi dan pada sisi lain sekaligus melibatkan partisipasi aktif bisnis KUKM dalam proses pembangunan industri otomotif nasional.

“Saya katakan penting karena industri otomotif Indonesia merupakan salah satu pilar penting daman perekonomian nasional di mana permintaan produk otomotif di dalam negeri sangat besar dan diperkirakan akan terus berkembang sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk dan kemajuan ekonomi masyarakat,” kata Victoria.

Victoria saat itu berbicara dalam acara ‘Kick Off Pengembangan KUKM Komponen Otomotif Kawasan Industri Pulo Gadung’ di Jakarta yang turut dihadiri antara lain Presiden Institut Otomotif Indonesia I Made Dana Tangkas, Ketua Koperasi Perkampungan Industri Kecil Pulo Gadung Ali Rasyidi, serta Asdep Industri dan Jasa Kemenkop UKM Ari Anindya Hartika.

Meski menempati urutan tetatas dalam hal penjualan dan produksi mobil, di sisi lain kebutuhan komponen otomotif mobil Indonesia sebagian besar masih dipasok melalui pengusaha KUKM negara lain. Hal itu terjadi karena mutu produk UKM dalam negeri dinilai kurang memenuhi standar yang dibutuhkan.

“Besarnya impor komponen otomotif yang mencapai 80 persen membuat neraca perdagangan Indonesia menjadi minus. Kondisi ini juga menunjukkan pasar komponen masih dikuasai prinsipal utama dari luar Indonesia,” ungkap Victoria. Untuk itu, Victoria mengharapkan supaya pengembangan UKM komponen otomotif perkampungan industri kecil Pulo Gadung dapat diwujudkan dalam rangkap pengembangan industri otomotif Indonesia berkelanjutan. Upaya tersebut dapat dilakikan dengan langkah-langkah nyata yang melibatkan stakeholders terkait.

“Dengan demikian menghadapi persaingan pasar global yang semakin tajam dewasa ini, komponen otomotif koperasi dan UKM kita mampu menghasilkan berbagai produk komponen otomotif yang mengungguli produk kompetitor kita dari negara pesaing baik dalam hal mutu, produktivitas, maupun harga produk melalui penerapan teknologi inovatif, peningkatan SDM berkualitas, serta manajemen bisnis secara profesional,” katanya.

Dalam upaya meningkatkan daya saing KUKM lokal, Kemenkop dan UKM bekerja sama dengan Institut Otomotif Indonesia (IOI), serta pemerintah daerah mengadakan program pengembangan daya saing dan kemitraan KUKM Indonesia dengan pihak terkait. Program ini mempunyai dua sasaran utama. Pertama, dari sisi pengembangan SDM yang meliputi pemahaman teknis bisnis otomotif, budaya usaha atau industri yang sesuai dengan kebutuhan saat ini maupun yang akan datang, dan juga dari sisi networking. Kedua, dari sisi pengembangan organisasi KUKM memiliki sertifikat atau standar internasional agar bisa kompetitif.

“IOI dengan para expert akan terus melakukan asistensi dan konsultasi ke KUKM dan secara periodik akan melakukan evaluasi bersama pemerintah,” ujar Presiden IOI, I Made Dana Tangkas.

 

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019