Samarinda (ANTARA) - Demonstrasi yang digelar mahasiswa Kalimantan Timur penolakan pembangunan pabrik semen di kawasan Karst Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau di depan Kantor Gubernur Kalimantan Timur, Jl Gajah Mada, Samarinda, Senin, kembali ricuh.

Sejumlah mahasiwa Kaltim yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Karst (AMPK) terlibat bentrok fisik dengan aparat kemananan, disertai dengan lemparan batu.

Akibat peristiwa itu, sejumlah aparat kepolisian dan petugas Satpol PP mengalami luka dan sempat dirawat oleh tim Medis.

Dilaporkan sejumlah mahasiwa juga turut menjadi korban luka dan pingsan, kemudian dilarikan menuju rumah sakit terdekat.

Aksi yang digelar oleh mahasiswa Kaltim, dengan jumlah massa lebih dari seratus orang tersebut merupakan aksi yang kedua.

Dua pekan sebelumnya, mahasiswa juga menggglar demo serupa dan sempat terjadi bentrokan fisik antara mahasiswa dengan aparat kepolisian dan Satuan Polisi Pamong Praja.

Aparat keamanan harus melepaskan tembakan gas air mata guna mengurai kericuhan akibat lemparan batu yang dilakukan para demonstran.

Pecahan batu berserakan di halaman Kantor Gubernur Kaltim akibat kericuhan yang berlangsung kurang lebih 10 menit.

Kapolresta Samarinda Kombes Vendra Riviyanto dan Kepala Satpol PP Kaltim Gede Yusa turut menenangkan mahasiswa di tengah kerumunan.

Keduanya tetap tenang dan sabar meski beberapa kali mengalami dorongan dari demonstran.

Sebelum kericuhan terjadi, Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi sempat menemui para pendemo dan melakukan orasi.

Namun, mahasiswa merasa tidak puas dengan penjelasan Wakil Gubernur Kaltim yang dinilai tidak tegas menanggapi tuntutan demonstran untuk menutup izin pembangunan pabrik semen di kawasan karst itu.

Koordinator lapangan demonstrasi Armin Beni saat orasi menegaskan, para demonstran tidak mendapatkan solusi dari pernyataan Wagub itu.

"Kami ingin Pemprov Kaltim mencabut izin IUP-IUP yang ada di kawasan Karst Mangkalihat. Ada ratusan IUP yang sudah ada di sana dari dulu. Kami ingin Gubernur dan Wagub benar-benar mewujudkan Kaltim Berdaulat dengan menolak pembangunan pabrik semen," kata Beni saat berorasi di atas mobil bak terbuka.

Hadi Mulyadi yang sempat menemui para demonstran mengatakan pihaknya tidak bisa membuat keputusan tanpa data akurat dari para demonstran. Kendati demikian, Hadi mengaku telah menampung aspirasi demonstran.

Selanjutnya, tuntutan demonstran ini akan dijadikan pertimbangan untuk membuat keputusan atas rencana pembangunan pabrik semen di kawasan karst.

"Tidak boleh saya menolak dan menerima mentah-mentah informasi dan data yang ada. Mana mungkin saya buat keputusan di situ tanpa dasar apa-apa," kata Hadi.

Ia meminta para demonstran bersabar dan tetap tenang sembari ia mempelajari dan menindaklanjuti dampak maupun potensi kawasan karst.

"Kalau tidak sesuai tentu kita tolak. Tenang aja, santai aja. Saya akan pelajari. Saya harus menggunakan asas demokrasi," ujar Hadi lagi.

Demonstrasi yang berlangsung sejak pukul 12.00 WITA ini belum berakhir hingga pukul 20.00 WITA.

Mahasiswa masih bertahan di sekitar tepian Mahakam. Sedangkan Kepolisian dan Satpol PP terus siaga di halaman Kantor Gubernur Kaltim.

Pewarta: Arumanto
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019