Bandarlampung (ANTARA News) - Lembaga penelitian independen The Indonesian Institute menyatakan bahwa sampai saat ini belum ada tokoh muda yang memiliki peluang memenangkan Pilpres 2009, meski sebenarnya banyak dari kalangan ini yang mempunyai kemampuan dan kapasitas sebagai pemimpin nasional. Menurut Direktur Eksekutif The Indonesian Institute Jeffrie Geovanie, minimnya peluang tokoh muda menjadi pemimpin nasional hingga saat ini, utamanya disebabkan oleh lemahnya sistem perekrutan dan kaderisasi pimpinan di partai politik. Dihubungi pada Rabu di Jakarta, Jeffrie memperkirakan yang akan tampil sebagai calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2009 masih berasal dari tokoh senior nasional. Perkiraan anggota Dewan Penasehat CSIS itu relevan dengan hasil survei berbagai lembaga riset yang menyebut sejumlah tokoh senior nasional yang berpeluang memenangkan Pilpres 2009 di antaranya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri. Menurut Jeffrie, pimpinan yang berasal dari tokoh senior ataupun tokoh muda tidak perlu dipertentangkan, namun kaderisasi pimpinan melalui partai politik semestinya diperbaiki agar tokoh-tokoh muda yang lebih enerjik juga berpeluang. Berkaitan itu, ia meminta kaum muda untuk memahami bahwa kekuasaan atau kepemimpinan itu bisa diperoleh jika direbut, dan bukan diminta- minta atau mengharapkan "pemberian". Namun ia mengingatkan bahwa kepemimpinan itu bisa direbut dengan adanya kesediaan menjalani karir melalui partai politik. "Kalau mau tampil sebagai pimpinan, ya harus melalui partai politik. Tidak perlu alergi dengan parpol karena partai politik adalah pintu untuk tampil ke berbagai jabatan publik," katanya. Namun, katanya, sistem rekruitmen dan kaderisasi partai politik yang harus diperbaiki lebih dulu. Sehubungan itu, perlu dibangun aliansi strategis oleh sesama kelompok muda untuk bahu- membahu mendapatkan kepemimpinan partai politik. "Setelah tokoh- tokoh muda tampil sebagai pimpinan partai- partai politik, barulah terbuka jalan untuk tampil sebagai pimpinan nasional melalui proses politik yang demokratis," katanya. Dalam kesempatan terpisah, Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Soetrisno Bachir juga mengingatkan kalangan generasi muda agar tidak alergi dengan parpol, dan tokoh tua yang diuntungkan jika para pemuda anti terhadap parpol. "Bagaimanapun konsensus nasional dan konstitusi telah menegaskan bahwa satu-satunya jalur masuk ke posisi jabatan publik hanya melalui parpol," katanya. Namun Bachir mengkritik keberadaan kaum muda yang kerap kali berubah watak idealismenya setelah mereka ikut menikmati kekuasaan. "Persoalannya adalah adanya perubahan watak para pemuda yang dulunya vokal, kritis dan punya komitmen tinggi menjadi melempem setelah masuk parpol dan duduk di legislatif," kata Bachir seraya menambahkan mereka itu justru larut setelah dihadapkan pada uang, kekuasaan atau perempuan. Pada bagian lain, Soetrisno Bachir juga memprihatinkan keberadaan kaum muda yang hanya sebagian kecil saja yang peduli dengan nasib bangsa, sementara sebagian besar lainnya masih terlena dengan sinetron atau lebih suka "nongkrong" di mall-mall.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007