Indramayu (ANTARA News) - Komisi VI DPR mendukung pengolahan minyak tanah menjadi avtur untuk bahan bakar pesawat terbang yang dilakukan Unit Pengolahan VI Pertamina Balongan di Indramayu, apalagi jika harga avtur yang dihasilkan mampu bersaing dengan produksi negara lain. "Kita akan dukung program itu dan justru berharap dengan pengembangan teknologi sendiri bisa menekan biaya produksi sehingga harga jualnya kompetitif," kata Wakil Ketua Komisi VI DPR, Dr Anwar Sanusi SH MM ,kepada ANTARA, di Indramayu, Rabu. Ia menjelaskan konversi energi dari minyak tanah ke gas harus terus berjalan karena hasilnya akan menghemat pengeluaran pemerintah untuk subsidi minyak tanah dan menghemat pengeluaran keluarga untuk bahan bakar rumah tangga. "Budaya memakai minyak tanah sedikit demi sedikit harus diubah dengan pemakaian gas, namun Pemerintah juga harus tetap mengawasi kualitas tabung gas sehingga memberikan rasa aman bagi pemakai, apalagi mereka yang baru menggunakan masih diliputi rasa was-was," katanya. Akibat konversi itu, maka minyak tanah produksi sejumlah kilang minyak harus segera dicarikan alternatif untuk diolah menjadi bahan bakar yang bernilai ekonomi tinggi untuk peningkatan pendapatan Pertamina, antara lain dengan dijadikan avtur, bahan bakar pesawat. Sehari sebelumnya Kepala Proses Engineering UP VI Balongan, Kadek Kamenjaya, kepada rombongan Komisi VI DPR yang berkunjung ke Balongan menjelaskan bahwa pihaknya telah mengembangkan teknologi prosesing minyak tanah menjadi avtur pesawat dengan menambah katalis, sehingga kualitasnya setara dengan avtur yang selama ini dipakai di sejumlah negara. "Indonesia sendiri masih mengimpor avtur sekitar 30 persen dari total kebutuhan, antara lain dari Singapura," katanya. Salah satu spesifikasi avtur dunia adalah mempunyai titik beku sampai - 47 derajat Celcius, namun dengan pengembangan teknologi penambahan bahan aditif, maka bisa ditingkatkan sampai titik beku -75 derajat celcius. "Kita selama dua minggu ini sudah mengujicoba avtur hasil pengembangan Balongan, dan kemungkinan siap memasarkan tahun 2009 setelah sarana lain dilengkapi," katanya. Sasaran pertama pemasaran, menurut Kadek, yaitu sejumlah bandara antara lain Jakarta, Denpasar, Surabaya dan Medan. Berkaitan dengan harga avtur, Kadek menjelaskan pihaknya sudah menghitung harga jual avtur produksi Balongan lebih rendah 80 sen dolar per liter dibanding dengan harga avtur dari Singapura. "Saat ini harga avtur produksi Indonesia masih lebih mahal 40 sen dibanding harga avtur Singapura, nanti produksi Balongan justru lebih rendah sehingga dapat berkompetisi," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007