Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Bulan Bintang, Yusron Ihza Mahendra, di Jakarta, Selasa, menyatakan krisis percaya diri sebagai bangsa kini melanda Malaysia, yang mendorong munculnya kebiasaan mencaplok budaya orang lain, terutama dari Indonesia. "Kebiasaan mereka mencaplok budaya RI, apakah itu hasil kreasi pakaian (batik), musik (angklung), makanan, dan kemudian lagu-lagu, bahkan daratan (pulau), merupakan gejala kejiwaan yang mencerminkan krisis percaya diri sebagai bangsa," ujarnya kepada ANTARA. Ia mengatakan itu, menanggapi informasi tentang diklaimnya lagi `Burung Kakatua` sebagai lagu rakyat warisan budaya Malaysia, menyusul hal sama berlaku untuk `Rasa Sayange`. "Kebiasaan tidak beretika ini, sekaligus mencederai budaya Melayu yang seharusnya sopan santun dan berakhlak tinggi," kata Yusron Ihza Mahendra yang masih berdarah Melayu dari wilayah Provinsi Bangka Belitung (Babel) ini. Bangsa `Umang-umang` Bagi mantan jurnalis internasional ini, perilaku Malaysia itu semakin bisa disebut memalukan, terlebih karena mereka mencantumkan Islam sebagai agama negara. "Seharusnya faktor akhlak seperti ini perlu mereka perhatikan. Malaysia tak perlu menjadi seperti `umang-umang`, atau siput laut yang telanjang dan selalu mengambil sarang bekas siput lainnya untuk dirinya. Saya bahkan cemas, jika sampai masyarakat RI memberi gelar Malaysia sebagai `Bangsa Umang-umang`, suatu sebutan yang tak sedap," ujar Yusron Ihza Mahendra. Karena itulah, Pemerintah RI harus mengambil tindakan tegas terhadap pencaplokan budaya terus menerus oleh Malaysia. "Kepada Malaysia, saya sebagai anggota parlemen, meminta untuk menghentikan perangai buruk yang dapat melahirkan kebencian antara kedua bangsa," kata Yusron Ihza Mahendra. Ia juga mengingatkan Malaysia agar jangan menciptakan sebuah kelompok generasi Indonesia di masa nanti yang menganggap negara itu pencaplok budaya orang. "Jika kita mendefenisikan sejarah sebagai `ingatan kolektif sebuah masyarakat atau bangsa`, maka saya ingin bertanya, apakah Malaysia ingin generasi RI sekitar 20 tahun ke depan ini mengingat bahwa sejarah RI-Malaysia adalah sejarah pencaplokan budaya RI oleh Malaysia," tanyanya. Sekalipun bukan menuduh, menurut Yusron Ihza Mahendra, sangat aneh melihat kemiripan `Petronas Tower` yang amat dibanggakan Malaysia dan jadi `landmark` negeri jiran itu, tetapi amat sangat mirip dengan Candi Prambanan di Yogyakarta. "Ini belum lagi masalah `Terang Bulan` yang juga dicaplok Malaysia untuk lagu kebangsaan di masa lalu mereka. Makanya, solusinya adalah kembalikan `Kaka Tua`-ku, dan kembalikan `Rasa Sayange`-ku. Janganlah rasa sayang berubah jadi kebencian," kata Yusron Ihza Mahendra. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007