Hadapi debat sebagai sama-sama politisi. Ibarat duel silat, keduanya pakai tangan kosong
DKI Jakarta (ANTARA) - Pengamat politik Hendri Satrio menyarankan Calon Wakil Presiden K.H. Ma'ruf Amin untuk melepaskan "jaket ulama" atau identitas ulamanya saat debat Pilpres 2019 sehingga kegiatan itu berlangsung secara adil.

"Kalau debat mau seru, Ma'ruf harus lepas 'jaket ulama'. Itu 'fair'. Kalau pertandingannya antara ulama dan biasa, maka akan sulit didebat," kata dia dalam diskusi Ngopi Bareng "Siapa Berani Mendebat Ulama?" di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, jika "jaket ulama" itu tidak dilepas maka rival debatnya, Cawapres nomor 02 Sandiaga Salahuddin Uno, berpotensi segan dalam mengajukan ide gagasan dan mendebat Ma'ruf.

"Apa yang dilakukan Sandi saat Ma'ruf nanti bilang soal pendidikan, Sandi bisa hanya bilang 'sendiko dawuh'," kata dia.

Founder KedaiKOPI itu, mengatakan dengan penonjolan identitas ulama oleh Ma'ruf di sisi lain dapat berbenturan dengan norma sosial di Indonesia.

"Saat Ma'ruf masih pakai 'jaket ulama', setahu saya ulama tidak boleh didebat. Kalau tidak suka umumnya diam saja. Sandi bisa serba salah," katanya.

Sebaliknya, kata dia, dengan melepas "jaket ulama" akan membuat debat berjalan adil.

"Hadapi debat sebagai sama-sama politisi. Ibarat duel silat, keduanya pakai tangan kosong," katanya.

Debat ketiga Pilpres 2019 itu akan dilakukan pada 17 Maret 2019 yang diikuti Ma'ruf dan Sandiaga. Kesempatan itu sebagai pertama kalinya kedua cawapres berdebat.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019