Jakarta (ANTARA News) - Pemilihan dua Deputi Gubernur Bank Indonesia untuk menggantikan posisi Aslim Tadjuddin dan Bun Bunan Hutapea mulai dilakukan di Komisi XI DPR RI, Senin pagi ini, melalui proses "fit and proper test". Empat orang sudah diajukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada DPR, yaitu Budi Mulya, Direktur Direktorat Perencanaan Strategis dan Humas BI yang akan bersaing dengan Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Made Sukada, serta Direktur Sumber Daya Manusia Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono yang akan berebut jabatan dengan Direktur Pengawasan Bank II M Ardhayadi untuk menggantikan posisi Bun Bunan Hutapea. Ketua Komisi XI DPR RI Awal Kusumah akan memimpin proses uji kelayakan dan kepatutan ini yang juga dihadiri Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah untuk mengantar empat orang "pilihannya" mengikuti ujian DPR itu. Nama yang diajukan oleh Presiden Yudhoyono ke DPR juga berasal dari usulan Gubernur Bank Indonesia. Proses "fit and proper test" akan dilakukan dengan satu per satu calon Deputi Gubernur memaparkan makalahnya sesuai dengan bidang dan tugas yang akan dijalaninya. Budi Mulya dan Made Sukada akan menjelaskan visi dan misinya di bidang pengelolaan ekonomi dan moneter, sementara Kusumaningtuti dan Ardhayadi menyampaikan arah kebijakan pengelolaan anggaran Bank Indonesia. Urutan penyampaian makalah akan dimulai oleh Budi Mulya, dilanjutkan Made Sukada, kemudian Ardhayadi dan terakhir Kusumaningtuti. Keputusan dari ujian ini juga akan diumumkan pada Senin malam ini sekitar pukul 20.00 WIB. Anggota Komisi XI Bobby Suhardiman, menilai Budi Mulya memiliki kemampuan yang cukup dalam bidang moneter karena selalu berkecimpung di bidang moneter selama perjalanan karirnya di BI, sedangkan Kusumaningtuti dianggapnya cocok menjadi DG BI karena kuat di bidang hukum. Sementara anggota Komisi XI DPR Ade Komarudin mengatakan bahwa selain menguasai moneter, calon DG BI juga haruslah kuat di bidang hukum bisnis agar bisa menghasilkan aturan yang cukup kuat sehingga ditaati perbankan. Sebelumnya, Budi Mulya menjelaskan bahwa dia menekankan agar BI secara konsisten melaksanakan kebijakan moneter, terutama operasi pasar terbuka (OPT) seusai dengan "international best practices". Selain itu, Ia juga memandang perlunya mengoptimalkan pasar keuangan menjadi lebih efisien dan likuid. "Jika kedua instrumen ini berada dalam satu ruang yang sama, maka kestabilan moneter akan tercipta dan akan berdampak pada seluruh sendi ekonomi di luar moneter," kata Budi. Sementara Made Sukada dalam visi dan misinya lebih menekankan upaya memperkuat BI dalam menjalankan perannya menjaga stabilitas moneter dan perbankan. "Intinya bagaimana meningkatkan peran BI dalam memfasilitasi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas," kata Made.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007