Jakarta (ANTARA News) - Jasa poles cat dan ketok bodi kendaraan banyak terlihat di sejumlah di titik di Jakarta, misalnya di sekitar Jalan Alu-Alu, Jakarta Timur, atau sepanjang jalan Salemba hingga Kramat Raya, Jakarta Pusat.

Meski tidak menawarkan kualitas sepadan dengan hasil pengecetan di showroom resmi, namun jasa perbaikan, pengecatan hingga poles bodi mobil pinggir jalan tetap diminati sebagian konsumen karena berbagai alasan, mulai dari harganya yang murah, lokasi terjangkau, hingga kesiapan mereka untuk membuka jasanya hingga 24 jam.

Pada Senin (26/11) malam, Antara menyambangi beberapa tukang cat di pinggir jalan Salemba hingga Kramat Raya.

Sejumlah tukang cat membuka harga Rp500ribu untuk satu kerusakan berupa penyok yang menyebabkan lecet sehingga perlu didempul, cat semprot dan poles. Harga itu bisa turun menjadi Rp200 ribu - Rp250ribu, tergantung kelihaian konsumen saat menawar.

Sedangkan untuk penyok bodi samping namun tidak perlu dicat ulang -- hanya dikembalikan posisinya seperti semula kemudian dipoles -- tukang cat rata-rata membuka harga Rp300ribu, tergantung besarnya penyok.

Harga tersebut tentunya lebih murah ketimbang menggunakan jasa bengkel resmi dengan harga Rp750ribu hingga Rp1juta per panel, kendati showroom resmi tentunya menawarkan kualitas dan garansi.

"Kita awalnya buka harga dulu. Lecet ini maunya diapain? Mau dikembalikan posisinya saja, atau sekalian dicat dan poles. Pasti harganya beda," kata Zaenal alias Inal yang mangkal di trotoar depan Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat.

Inal menambahkan, "Buka harga Rp500ribu untuk penyok satu tempat dan dicat ulang dan didempul di sekitar yang penyok. Harganya bisa ditawar."

"Kalau penyoknya mau dibenerin tanpa dicat ulang, lebih murah," katanya.

Baca juga: Cara menjaga cat mobil tetap berkilau

Tukang cat lainnya di Jalan Salemba, Syahril, mengatakan ia menerima jasa cat dan poles untuk kerusakan ringan berupa baret dengan harga Rp150ribu sampai Rp300ribu.

"Untuk baret ringan, Rp150ribu sudah kami kasih. Biasanya hanya untuk warna-warna gampang, hitam dan silver misalnya. Kami bisa kasih murah untuk taksi-taksi online," kata Syahril.

Syahril mengatakan durasi dalam proses pengerjaan tergantung tingkat kesulitan.

"Paling lama sejam selesai kalau cuma baret-baret atau penyok sedikit," kata Syahril. "Biar penyok parah ditabrak dari belakang, saya juga bisa. Tapi waktu selesainya tergantung kesulitan."

Inal dan Syahril mengaku tiap hari rata-rata mendapatkan satu konsumen, dengan penghasilan bulanan Rp1,5juta hingga Rp3juta rupiah.

"Sekarang mobil makin banyak, minimal sehari dapat satu. Hari ini saja sudah dapat dua," kata Inal.

Baca juga: Bolehkan mobil langsung dicuci setelah dicat ulang?

Lain halnya dengan Uda, tukang cat yang mangkal di jalan Kramat Raya dekat pertigaan Jalan Raden Saleh. Ia mengaku lebih sering mendapatkan konsumen dari pengemudi taksi online.

"Tidak setiap hari, tapi dalam seminggu paling sering itu taksi online. Ada juga sopir-sopir perusahaan. Tiap minggu selalu ada," kata Uda.

Konsumen cat pinggir jalan, Firdaus yang berprofesi sebagai sopir pribadi mengatakan sudah empat kali menggunakan jasa perbaikan bodi ini karena harganya yang mudah. Ia memperbaiki Toyota Fortuner milik bosnya.

"Hitungannya murah, kalau di showroom bisa Rp1juta tiap panel. Kalau di sini, Rp300ribu-Rp400 ribu sudah terima beres," katanya.

Kendati demikian, ia mengingatkan konsumen lain yang ingin menggunakan jasa cat di pinggir jalan agar memastikan harga sejak awal, supaya tidak "ditembak" harga oleh tukang cat setelah dikerjakan.

"Ini untuk sementara saja, supaya enggak kena marah bos," katanya. "Pengalaman saya, bekas cat menjadi belang kalau sudah beberapa lama."

Konsumen lainnya, Dian Farida, yang ditemani suaminya juga tengah memperbaiki lecet pada Honda City karena menyenggol sepeda motor di kemacetan.

"Mau enggak mau ke sini. Soalnya cuma ini yang bisa cat sampai tengah malam begini, meski hasilnya pas-pasan," kata Dian yang bekerja sebagai perawat di rumah sakit swasta itu.

Baca juga: Beda perawatan mobil yang diparkir di garasi dan tempat terbuka
Pewarta:
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018