Surabaya (ANTARA News) - Sejumlah nama bakal calon Wali Kota Surabaya dari berbagai latar belakang mulai dari politisi, birokrat, pengusaha, advokat hingga jurnalis, mulai bermunculan di sejumlah media massa satu bulan terakhir ini.

Terlepas pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah Surabaya 2020 terbilang masih lama, namun sejumlah pihak, khususnya di kalangan partai politik sudah mulai mempersiapkan diri dengan mencari sosok pengganti Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Berdasarkan penelusuran Antara terhadap 11 partai politik di Kota Surabaya dan bebeberapa parpol yang sudah menyiapkan sosok pengganti Risma dari kader sendiri, mengusung kader luar partai, ada juga parpol yang sudah punya calon tapi masih merahasiakan dan ada partai yang masih menunggu perolehan suara di Pemilu 2019.

Adapun 11 pengurus partai yang berhasil diwawancarai Antara meliputi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Gerindra, Partai PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Perindo, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura dan Partai Demokrat.

Dari sekian parpol tersebut, yang paling terlihat gencar memperkenalkan sosok bakal calon wali kota Surabaya yakni PKB. Bahkan Ketua DPC PKB Surabaya Musyafak Rouf jauh-jauh hari telah menginstruksikan kader, pengurus maupun calon anggota legislatif dari PKB untuk mensosialisaikan Fandi Utomo sebagai bakal cawali pada Pilkada Surabaya 2020.

Intruksi tersebut dikeluarkan Ketua DPC PKB Surabaya dengan Nomor 027/DPC-03/V/B2/VIII/2018. Menurut Musyafak, surat instruksi ini diambil setelah PKB keliling ke para kiai, ulama, aktivis Nahdatul Ulama (NU) dan sesepuh di Surabaya yang mengiginkan Wali Kota Surabaya kedepan harus dari kader PKB. Alasannya PKB sendiri lahir dari NU, sedangkan NU juga lahir di Kota Surabaya.

Selain itu, Fandi Utomo sendiri sudah mendapat dukungan dari Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan Ketua DPW PKB Jatim Abdul Halim Iskandar serta mendapat tantangan dari Gubernur Jatim terpilih Khofifah Indar Parawansa.

Fandi Utomo sebelumnya pernah menjadi anggota DPR RI Fraksi Demokart. Dalam perkembangannya, Demokrat melakukan pergantian antarwaktu (PAW) Fandi sehingga posisinya digantikan Lucy Kurniasari. Fandi kemudian pindah ke PKB hingga saat ini. Fandi sendiri mengaku siap dan akan bekerja keras untuk mensukseskan mandat partai untuk maju Pilkada Surabaya 2020.

Selain PKB, Partai Golkar Surabaya juga ikut mulai meramaikan Pilkada Surabaya 2020 dengan memperkenalkan sosok Adies Kadir yang yang saat ini sebagai anggota DPR RI dan Wakil Sekjen DPP Partai Golkar.

Pernyataan tersebut pertama kali terlontar dari Ketua DPD Orginasai Kemasyarakatan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) Surabaya Arif Fathoni. Ia menilai Adies Kadir merupakan sosok yang sangat memahami kultur dan tipikal masyarakat Kota Pahlawan sehingga layak sebagai calon Wali Kota Surabaya.

Ketua DPD Golkar Surabaya Blegur Prijanggono pada saat saat peringatan HUT ke-54 Partai Golkar menyatakan Adies Kadir merupakan tokoh dan aset nasional yang dimiliki Golkar. Sehingga wajar dan normal jika ada masyarakat yang menghendaki Adies maju sebegai Cawali Surabaya.

Adies Kadir dinilai sudah berpengalaman dan teruji pada 2009 hingga 2014 duduk sebagai anggota DPRD Surabaya, pada 2010 maju sebagai Calon Wali Kota Surabaya dan pada 2014 terpilih menjadi DPR RI.

Meski demikian, Adies pada saat diwawancarai Antara sempat menyatakan siap maju sebagai cawali jika diberi mandat partai. Hanya saja, pada kesempatan lain, Adies menyatakan dirinya lagi fokus menjadi pengurus di DPP Golkar dan memberi kesempatan yang muda-muda untuk maju sebagai cawali.

Berbeda halnya dengan sikap di DPC PDI Perjuangan terkait cawali yang akan diusungnya. Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya Whisnu Sakti Buana menilai membicarakan Pilkada Surabaya saat ini terlalu prematur karena pelaksanaannya masih jauh. Saat ini, kata Whisnu, pihaknya lagi konsentrasi memenangkan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2019 khususnya di Surabaya.

Namun, realita yang ada pengurus DPC PDI Perjuangan mulai dari anak cabang (PAC) sampai ranting solid untuk mengusulkan nama Whisnu Sakti Buana untuk bisa dicalonkan sebagai wali kota menggantikan Tri Rismaharini.

Dukungan terhadap Whisnu menguat setelah adanya pernyataan Sekretaris DPC PDI Perjuangan Syaifudin Zuhri dan Wakil Ketua DPC PDIP Surabaya Anugrah Ariyadi beberapa waktu lalu.

Whisnu dinilai punya kapabilitas dan keunggulan merupakan putra kandung mantan Sekjen PDI Perjuangan almarhum Sutjipto. ?Selain itu, Whisnu pernah menjadi anggota DPRD Jatim, Wakil Ketua DPRD Surabaya, Wakil Wali Kota Surabaya menggantikan Bambang Dwi Hartono dan Wakil Wali Kota Surabaya bersama Tri Rismaharini.

Begitu halnya dengan DPD DPD Partai Nasdem Surabaya, meski belum ada muyawarah daerah memutuskan Cawali Surabaya yang akan diusung, namun obrolan di kalangan internal partai hingga saat ini mengarah ke Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni.

Hal ini dibenarkan Sekretaris DPD Partai Nasdem Surabaya Hari Santosa. Ia menilai sosok Ipong yang juga Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Nasdem Jatim cukup layak menjadi Cawali Surabaya.

Di luar itu, DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Kota Surabaya malah menyiapkan tiga bakal calon wali kota yakni Hafidz Suaidi (Ketua PAN Surabaya), Endras Heru (Sekretaris PAN Surabaya) dan Reny Widya Lestari (Caleg PAN) untuk maju dalam Pilkada Surabaya 2020.

Ketua DPP PAN Surabaya Hafid Suaidi mengatakan sosok cawali yang akan diusung PAN nantinya adalah yang selama ini berjuang dan melakukan pencitraan di wilayah Kota Surabaya, khusus menjadi caleg pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019.

Hal sama juga dilakukan DPC Partai Hanura Kota Surabaya. Sosok cawali ideal yang akan diusung Hanura jatuh pada politikus dan pengusaha Kelana Aprilianto.

Ketua DPD Partai Hanura Surabaya Edi Rachmat menilai ada beberapa pertimbangan Hanura Surabaya memilih Kelana yakni pertama Kelana merupakan Ketua DPD Hanura Jatim yang dinilai sudah memiliki modal politik kuat untuk maju di Pilkada Surabaya 2020.

Selain itu, lanjut dia, Kelana juga pengusaha sukses di bidang pertanian dan transportasi, sehingga secara modal materi untuk maju sebagai cawali tidak diragukan lagi.

Tidak mau kalah dengan partai lama, DPD Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Surabaya juga melakukan hal sama. Meski belum tahu hasil perolehan suara dalam Pemilu 2019, namun partai besutan Hary Tanoesoedibjo ini mengajukan Samuel Teguh dan Sukma Sahadewa sebagai bakal cawali Surabaya.

Wakil Ketua Bidang Politik DPD Perindo Surabaya ?Toni Tamatompol mengatakan dua bakal cawali yang diusung tersebut merupakan kader sendiri. Samuel Teguh merupakan Ketua DPD Partai Perindo Surabaya, sedangkan Sukma Sahadewa adalah sekretarisnya.

Secara kepemimpinan, keduanya dianggap mampu karena berhasil menjadikan Perindo sebagai partai baru yang mulai diminati warga Surabaya khususnya di kalangan anak-anak muda.

Jika parpol lainnya mengusung kader sendiri sebagai cawali, namun berbeda halnya dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang membuka kesempatan untuk kader di luar partai. Ketua DPD PKS Surabaya Ahmad Suyanto menilai ada dua sosok yang dibidik yakni untuk kader partai adalah Sigit Sosiantomo dan non partai adalah Azrul Ananda.

Diketahui kiprah dari Sigit Sosiantomo selaku anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi PKS serta Ketua DPP PKS Wilayah Jati Jaya (Jatim-Jateng-Jogja) dan Azrul Ananda yang merupakan mantan CEO dari Grup Jawa Pos atau Jawa Pos News Network (JPNN) yang sekarang Presiden Klub Persebaya, tidak diragukan lagi.

Sigit Sosiantomo merupakan arsitek alumni Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya yang memiliki mahzab atau aliran yang sama dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yakni pembangunan perkotaan.

Sedangkan, sosok Azrur Ananda dinilai tepat menjadi Cawali Surabaya karena anak muda yang menjadi penggerak ekonomi kota. Ia bisa memanfaatkan bonus demografi dengan memanfaatkan anak-anak muda kreatif.

Lain halnya dengan Partai ?Gerindra dan Demokrat. Kedua partai ini mengaku telah mengantongi sejumlah nama cawali, salah satunya dari kader potensial yang nantinya siap diusung sebagai cawali.

Hanya saja, kedua parpol tersebut hingga kini belum berkenan untuk membuka ke publik nama-nama siapa yang masuk dalam radar dua partai besutan Prabowo Subianto dan Susilo Bambang Yudhoyono itu.

"Kalau kader potensial untuk Surabaya, Insyaallah kita sudah punya," kata Sekretaris DPC Partai Gerindra Surabaya AH Thony.

Begitu halnya, Ketua DPC Partai Demokrat Kota Surabaya Ratih Retnowati mengaku sudah mengantongi nama bakal cawali. Ratih meminta semua pihak sabar dan menahan diri karena pada saatnya, calon tersebut akan diumumkan.

Untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Surabaya siap mengusung bakal cawali yang mendapat dukungan Gubernur Jatim terpilih Khofifah Indar Parawansa.

Ketua DPC PPP Surabaya Buchori Imron mengatakan meskipun cawali yang didukung Khofifah kelak bukan dari kader PPP, Buchori tidak mempermasalahkannya asal pimpinan di DPW PPP Jatim dan DPP PPP menyetujuinya.

Buchori sendiri mengaku siap maju sebagai cawali jika nantinya diusung sebagai cawali jika nantinya ditunjuk partai. Sebagai kader, Buchori akan selalu siap ditempatkan dimanapun asal tidak boleh mendahulukan ambisi pribadi.

"Jadi harus mengukur dan terukur. Sedangkan yang bisa mengukur, ya, pimpinan kami, baik ulama maupun umaroh," katanya.

Di luar nama-nama cawali yang masuk radar partai politik di Surabaya, ternyata juga ada bakal cawali alternatif usulan masyarakat Surabaya. Sebut saja, mantan Kapolda Jatim Irjen (Purn) Machfud Arifin. Setelah pensiun, Machfud Arifin didapuk menjadi Ketua Tim Pemenangan Jokowi-KH Ma`ruf Amin untuk wilayah Jatim.

Sedangkan dari unsur birokat di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya, muncul nama Sekretaris Kota (Sekkota) Surabaya Hendro Gunawan. Nama Hendro dikabarkan sejumlah media sebagai calon yang dipersiapkan menggantikan Risma di Pilkada Surabaya 2020. Hendro selama ini juga dikenal dekat dengan Risma.

Selain itu, dari kalangan anak muda muncul nama Agnes Santoso. Ia merupakan jurnalis sekaligus presenter di salah satu TV swasta. Tidak hanya Agnes, muncul juga nama presenter lainnya dari TV nasional seperti Brigita Manohara.

Bahkan nama Siti Nasyiah yang merupakan jurnalis senior yang selama ini dikenal dekat dengan politisi PDI Perjuangan seperti Bambang DH dan Saleh Ismail Mukadar.



Peta Berubah

Sosiolog Politik dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Agus Mahfud Fauzi mengatakan PDI Perjuangan diperkirakan masih akan menjadi partai pengusung rujukan bahkan penentu di bursa Pilkada Surabaya 2020. Hal ini dikarenakan kepemimpinan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini selama dua periode memiliki nilai jual tersendiri.

Namun menurut Agus, peta politik di internal PDI perjuangan untuk Pilkada Surabaya 2020 nanti akan sangat berbeda dengan pilkada sebelumnya karena hingga saat ini belum ada tokoh sekuat Risma di internal PDIP, meskipun tak sedikit kader potensial yang dinilai layak maju pilkada.

Agus mengatakan banyaknya kader potensial di internal PDIP yang dinilai layak maju Pilkada Surabaya menjadikan pertarungan perebutan tiket untuk maju pilkada akan berlangsung sengit. Bahkan dipastikan suara di tingkatan DPC PDIP, DPD PDIP hingga DPP PDIP akan berbeda dalam mengusung calon di Pilaka Surabaya nanti.

Mantan komisioner KPU Jatim ini menilai ditingkatan DPC PDI Perjuangan Surabaya sangat kuat memiliki nama calon yang dipilih maju Pilwali Surabaya yakni Wisnu Sakti Buana yang merupakan Ketua DPC PDIP Surabaya.

Namun, nama itu bisa saja berbeda dengan hasil penilaian DPD dan DPP PDIP, belum lagi ditambah tokoh-tokoh senior PDI Perjuangan yang ternyata juga memunculkan calon lain.

Nama-nama lain yang mulai muncul di media di antaranya Puti Guntur Soekarno. Pascakekalahan Puti sebagai cawagub Jatim mendampingi Cagub Syaifullah Yusuf di Pilkada Jatim 2018, ada upaya mempersiapkannya Puti untuk maju di Pilkada Surabaya dengan terlebih dahulu menjadi calon legislatif DPR RI daerah pemilihan Jatim 1 (Surabaya-Sidoarjo) pada Pemilu 2019.

"Itu menunjukan jika pertarungan calon wali kota di internal PDIP sendiri sangat sengit," kata dosen sosiologi politik Unesa ini.

Oleh karenanya, Ketua Pusat Studi Perubahan Sosial dan Media Baru Unesa ini memperkirakan jika suara PDI Perjuangan di daerah hingga pusat dalam proses penjaringan nama bakal cawali tidak akan sejalan.

Bahkan, lanjut dia, terjadi sejumlah perpecahan dalam mengusung calon yang dinilai layak maju Pilkada Surabaya dan kemungkinan besar partai bergambar kepala banteng dengan moncong putih itu akan terus memunculkan calon.

Tentunya, hal itu bisa menjadi bagian dari langkah politik untuk membesarkan partai, sekaligus untuk mencari nama-nama yang benar-benar diinginkan warga Surabaya, walaupun keputusan akhir ada di Ketua Umum PDI Perjuangan.*



Baca juga: Risma sesalkan insiden "Surabaya Membara" tanpa koordinasi

Baca juga: Komentar Risma setelah mengetahui putranya berbisnis



 

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018