Berlin (ANTARA News) - Belasan pabrikan baterai hingga perusahaan otomotif berlomba membangun pusat produksi baterai mobil listrik (electric vehicle/EV) di kawasan Eropa, bertujuan mengurangi ketergantungan pasokan baterai dari Asia atau Amerika.

Jerman, negara pusat otomotif Eropa, mengalokasikan dana 1 miliar euro (Rp 16,6 triliun) guna mendukung konsorsium yang akan memproduksi sel baterai mobil listrik sekaligus mendanai penelitian baterai solid-state, menurut tiga orang sumber dilansir Reuters, Sabtu.

Berbagai tahapan terkait rencana itu akan diumumkan Menteri Ekonomi Jerman, Peter Altmaier pada pekan depan, diharapkan dapat melindungi pekerja Jerman dari ancaman PHK apabila terjadi pergeseran pola produksi dari mesin konvensional ke era mobil listrik.

Setidaknya ada 14 perusahaan dari berbagai negara yang akan terlibat dalam proyek produksi baterai di Eropa, mulai dari Tesla, GS Yuasa hingga Samsung. Berikut ulasannya seperti dilansir Reuters:

Northvolt

Perusahaan Swedia yang dipimpin mantan eksekutif Tesla, ingin membangun pabrik baterai lithium-ion terbesar di Eropa, memproduksi 32 gigawatt jam (GWh) sel baterai dalam setahun pada 2023.

Northvolt bermitra dengan BMW dan raksasa industri Jerman, Siemens, untuk membangun pabrik yang ingin menyaingi "gigafactory" milik Tesla.

Northvolt juga merencanakan sebuah pabrik di Polandia untuk memproduksi sistem baterai yang menyasar perusahaan penyimpanan energi dan industri pertambangan.

Tesla

Produsen mobil listrik AS, Tesla, mendukung Jerman sebagai lokasi gigafactory pertama di Eropa, kata kepala eksekutif Elon Musk pada Juli.

Tesla sudah beroperasi di Pruem, Jerman, melalui divisi Otomatisasi Grohmann khusus pada sistem manufaktur di pabrik pembuat baterai.

Tesla memang berencana membangun tiga Gigafactories setelah pabrik pertama di Nevada, AS. Pabrik itu akan dimiliki bersama oleh Panasonic, pemasok sel baterai eksklusif untuk Tesla Model 3.

GS Yuasa

Pembuat baterai Jepang, GS Yuasa Corp, mengatakan pada Januari akan mendirikan pabrik di Hongaria yang akan merakit baterai lithium ion. Mereka juga mempertimbangkan untuk memproduksi sel baterai di pabrik itu pada masa depan.

CATL

China Contemporary Amperex Technology Co (CATL) mengatakan pada Juli akan menjadikan Jerman sebagai lokasi pabrik pertama di Eropa, yang memasok baterai lithium-ion kepada BMW.

Pabrik CATL akan menciptakan 600 lapangan kerja dengan kapasitas produksi 14 gigawatt jam (GWh) pada 2022.

BYD

Pembuat kendaraan listrik China BYD merupakan salah satu produsen baterai terbesar di dunia dengan biaya produksi terendah, menurut Bernstein Research.

BYD mempertimbangkan produksi sel baterai di Eropa, menurut seorang eksekutif kepada Reuters awal tahun ini. Perusahaan ini memiliki dua lokasi produksi untuk bus listrik di Eropa, di Hongaria dan Prancis.

Baca juga: Panasonic siap tambah investasi di Tesla Gigafactory

LG CHEM

LG Chem dari Korea Selatan berencana memproduksi 100.000 baterai mobil listrik per tahun di Polandia, sekira 190 km dari perbatasan Jerman.

LG Chem akan memasok baterai untuk Audi, Porsche dan Daimler. Mereka juga mendapatkan kontrak menyuplai baterai untuk Volkswagen mulai akhir 2019.

GSR Capital

Pada tahun lalu, perusahaan China GSR Capital membeli bisnis baterai kendaraan listrik dari Nissan Motor Co -- Automotive Energy Supply Corp -- termasuk pabrik baterai di Jepang, AS dan Inggris.

Pabrik di Inggris memproduksi 2 GWh baterai lithium ion per tahun untuk kendaraan listrik Nissan.

Samsung SDI

Samsung SDI dari Korea Selatan akan memproduksi baterai untuk 50.000 kendaraan listrik per tahun di pabrik baru yang berlokasi dekat Budapest pada tahun ini.

Samsung SDI, afiliasi Samsung Electronics Co Ltd, juga memproduksi baterai yang dapat diisi ulang untuk perangkat elektronik seperti smartphone dan sistem penyimpanan energi.

Samsung SDI, yang sudah memiliki pabrik di Austria yang merakit paket baterai, kemudian mengirimkannya ke Volkswagen dan BMW.

SK Innovation

Pabrikan asal Korea Selatan, SK Innovation, akan memulai produksi baterai Hongaria pada 2020. Perusahaan yang awalnya bernama Korea Oil Corporation itu memiliki kilang minyak mentah terbesar di Korea Selatan.

Mereka juga memiliki divisi bahan kimia, pelumas, baterai dan elektronika.

SAFT

Saft, perusahaan Prancis yang dimiliki raksasa energi Total, mampu memproduksi berbagai jenis baterai, termasuk penyimpan daya cadangan dan aplikasi industri, tetapi tidak untuk kendaraan listrik.

Pada Februari, mereka membangun aliansi dengan kelompok industri Jerman, Siemens, Solvay dan Manz untuk mengembangkan baterai generasi baru.

Volkswagen

Dewan pengawas Volkswagen (VW) bakal membahas mobil listrik dan strategi produksi baterai pada sebuah pertemuan 16 November nanti. Produsen mobil Jerman itu pernah menyatakan akan mempelajari potensi memproduksi baterai di pabriknya di Salzgitter.

Sebuah sumber mengatakan kepada Reuters, mereka akan membahas aliansi yang luas dengan pembuat sel baterai asal Korea Selatan SK Innovation.

Baca juga: BMW tekan biaya pembuatan baterai mobil listrik

BMW

BMW sedang membangun konsorsium teknologi bersama Northvolt dan Umicore dari Belgia. Mereka akan mengembangkan rantai pasokan untuk sel baterai di Eropa, termasuk pengembangan, produksi dan daur ulang.

Perusahaan mengatakan akan membeli bahan baku, misalnya kobalt, kemudian menyediakan sel baterai sebagai cara mengamankan pasokan baterai mobil listrik.

Daimler

Daimler akan membuat pabrik Mercedes-Benz di Sindelfingen dan Untertuerkheim mampu merakit baterai mobil listrik. Perusahaan itu sudah merakit baterai di pabrik Kamenznya, kendati produksi mereka masih bergantung pada sel baterai impor.

Continental AG

Perusahaan suku cadang mobil Jerman yang juga memproduksi ban, Continental AG, membentuk usaha patungan pada Maret bersama pemasok suku cadang mobil China, CITC, untuk memproduksi baterai hibrida ringan di China.

Continental mempertimbangkan untuk membuat baterai mobil listrik berteknologi solid-state, kendati hingga saat ini belum ada perkembangan terkait rencana tersebut.
Pewarta:
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018