Yogyakarta (ANTARA News) - Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg PAN), Taufiq Effendi mengatakan distribusi pegawai negeri sipil (PNS) selama ini banyak yang keliru dan tidak merata. "Karena itu, ke depan harus dilakukan penataan untuk efisiensi," katanya usai peresmian masjid di kampus Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, Sabtu . Dikatakannya, distribusi pegawai tidak hanya banyak yang keliru dan tidak merata, tetapi juga kompentensinya keliru. "Jumlah pegawai banyak, tetapi juga sedikit, maksudnya banyak dalam hal kuantitas, namun sedikit dalam kompentensinya," katanya. Menurut dia, efisiensi PNS harus dilakukan dengan beberapa cara antara lain jumlah pegawai perlu dirampingkan, perbaikan masalah distribusi pegawai dan peningkatan kompetensi serta peningkatan kesejahteraan. "Jumlah PNS saat ini mencapai 3,7 juta orang, sedangkan pegawai honorer 920 ribu orang. Ini berkaitan dengan efisiensi dan tingkat kesejahteraan. Semakin efisien pemerintahan, akan semakin mudah meningkatkan kesejahteraan PNS," katanya. Ia mengatakan, pada 2004 belum ada pelayanan pemerintah daerah terpadu berbasis teknologi seperti di Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, baru kemudian pada 2005 didirikan di sembilan kabupaten dan kota, selanjutnya 2006 bertambah menjadi 95 kabupaten/kota serta 2007 sebanyak 312 kabupaten/kota. "Dengan tingkat efisiensi yang baik peningkatan kesejahteraan semakin mudah dilakukan. Saat saya menjabat sebagai Menteri pertama kali dulu tahun 2004 lalu gaji terendah PNS Rp628. Setelah dilakukan efiisiensi terus menerus naikamenjadi Rp1,06 juta pada tahun 2006 dan tahun 2007 1,4 juta minimal," katanya. Lebih lanjut Taufik mengatakan, dengan alasan efisiensi ini pula, maka tahun ini dan ke depan tidak akan dilakukan rekrutmen PNS secara nasional, tetapi pemerintah daerah bisa merekrut sendiri sesuai kebutuhan. "Untuk pengukuran prestasi PNS, yang lebih penting diukur dari hasil kinerja, tidak bisa hanya diukur dari absensi. Sistem kinerja PNS sudah salah sejak dulu, karena itu harus dilakukan penataan," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007