Jakarta (Antaranews) - Sepekan sudah pesawat Lion Air JT 610 jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat dan hingga saat ini proses pencarian masih terus dilakukan oleh Tim SAR gabungan.

Selama proses pencarian, tim baru mendapatkan beberapa bagian pesawat seperti puing-puing, roda dan turbin pesawat, Flight Data Recorder  (FDR)  yang merupakan bagian dari kotak hitam pesawat serta bagian-bagian tubuh penumpang.

Sementara di darat sendiri, kesibukan yang sama juga tidak berhenti yang terpusat di Rumah Sakit Polri Said Sukanto Kramat Jati Jakarta Timur. Tim Disaster Victim Investigation (DVI) Polri terus berjibaku dengan waktu mengidentifiksi para penumpang.

Hingga Minggu siang, Basarnas telah membawa 105 kantong jenazah. Jenazah tersebut langsung di bawa ke RS Polri Kramat Jati.

Tim DVI juga telah mengambil 255 sampel fisik khas penumpang sebelum meninggal (antemortem) dari keluarga dan 183 di antaranya untuk pemeriksaan DNA.

Wakil Kepala Rumah Sakit Polri Said Sukanto Kombes Polisi Haryanto di Jakarta, Minggu, mengatakan dari 255 antemortem yang didapat dari Pangkal Pinang sebanyak 43 dan dari RS Polri sebanyak 212 telah dikerucutkan menjadi 189 antemortem.

Sementara pada Minggu, RS Polri sedang mengidentifikasi 32 kantong jenazah yang baru datang pada Sabtu (3/11) malam. Tim DVI mengandalkan pencocokan DNA untuk mengidentifikasi karena tidak ditemukan sidik jari, gigi serta tanda medis.

"Saat ini sedang diperiksa 32 kantong terakhir, untuk perkembangan identifikasi menunggu titik hasil pemeriksaan pada DNA" kata Haryanto.

Sementara identifikasi melalui pencocokan DNA membutuhkan waktu antara empat hingga delapan hari sejak masuk ke bagian forensik RS Polri.


Identifikasi

Tim DVI kembali mengidentifikasi tujuh jenazah penumpang pesawat Lion Air JT 610 di Rumah Sakit Polri Said Sukanto, Jakarta, Minggu (4/11). Hasil tersebut berdasarkan DNA, sidik jari dan medis.

Penumpang yang berhasil diidentifikasi tersebut yaitu atas nama Rohmanir Pandi Sagala. Laki-laki berusia 23 tahun. Alamat di Pondok Bahar Permai A-1/6 RT. 02 RW.07 Karang Tengah, Tangerang, Banten. Identifikasi lewat sidik jari dan medis.

Dodi Junaidi. Laki-laki berusia 40 tahun. Alamat di Jalan H. Sidup Rempoa Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten. Identifikasi melalui DNA

Penumpang atas nama Muhammad Nasir. Laki-laki berusia 29 tahun. Alamat di Gang Rinjani III, kelurahan Sayang, Cianjur, Jawa Barat. Identifikasi melalui DNA.

Janry Efriyanto Sianturi. Laki-laki berusia 26 tahun. Alamat di Perum Puri Masurai II Kel. Mendalo Darat, Kec Jambi Luar Kota, Muaro Jambi, Jambi. Identifikasi melalui DNA dan medis.

Karmin. Laki-laki berusia 68 tahun. Alamat di Jalan Kenanga Koba, Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung. Identifikasi melalui DNA.

Harwinoko. Laki-laki berusia 54 tahun. Alamat di Jalan Palayu Raya, Tegalgundil, kelurahan Bogor Utara, kota Bogor. Identifikasi melalui DNA.

Dan Verian Utama. Laki-laki berusia 31 tahun. Alamat di Jalan Tanjung Duren Dalam III, Tanjung Duren Selatan, Grogol Jakarta Barat. Identifikasi melalui DNA.

Hingga Saat ini, total 14 jenazah penumpang yang berhasil diidentifikasi setelah sebelumnya tujuh penumpang juga telah diidentifikasi yaitu Jannatun Cintya Dewi (24), Candra Kirana (29), Monni (41) dan Hizkia Jorry Saroinsong (23), pada Sabtu (3/11) teridentifikasi tiga lagi, yakni Endang Sri Bagusnita (20), Wahyu Susilo (31) dan Fauzan Azima (25).

Jenazah yang sudah teridentifikasi tersebut diserahkan kepada keluarga pada Minggu petang. Pesawat dengan rute penerbangan Jakarta-Pangkapinang tersebut membawa 189 penumpang dan awak pesawat.


Santunan

Dari jenazah yang sudah teridentifikasi, PT Jasa Raharja (Persero) baru menyerahkan santunan kepada keluarga empat penumpang pesawat naas tersebut.

Empat keluarga yang telah menerima santunan tersebut adalah dari Jannatun Cintya Dewi (24), Candra Kirana (29), Monni (41) dan Wahyu Susilo (31).

Sesuai aturan mengenai santunan korban kecelakaan yang meninggal dunia, Jasa Raharja menyerahkan santunan sebesar Rp50 juta dalam bentuk tabungan kepada ahli waris sah korban.

Apabila telah ada kepastian dan dokumen sudah siap, Jasa Raharja memastikan segera memberikan santunan kepada keluarga korban.

Kepala RS Polri Said Sukanto, Kombes Pol Musyafak mengatakan korban yang teridentifikasi tim DVI Polri selanjutnya dikeluarkan surat kematian dari tim DVI.

"Kemudian kalau penumpang yang masuk dalam pesawat tidak teridentifikasi atau tidak ditemukan, proses dikeluarkannya surat kematian atas keputusan pengadilan," ujar Musyafak.

Kepala Badan SAR Nasional M Syaugi juga akan kembali menemui keluarga penumpang Lion Air yang jatuh tersebut untuk menjelaskan hasil-hasil yang telah didapatkan dan upaya-upaya yang dilakukan oleh tim SAR gabungan.

Setelah tujuh hari, evakuasi pesawat Lion Air nomor penerbangan JT 610 yang jatuh di perairan Karawang diperpanjang hingga tiga hari ke depan.

"Ini sudah hari ketujuh proses evakuasi, setelah berdialog dan berbicara dengan tim, kami memutuskan untuk memperpanjang tiga hari. Mudah-mudahan dalam tiga hari ke depan operasi ini bisa selesai," kata dia.

Target utama dalam evakuasi adalah korban, baru tim mencari kotak hitam cockpit voice record (CVR) untuk melengkapi kotak hitam flight data FDR yang ditemukan pada Kamis (1/1) lalu.

Pada evakuasi hari ke tujuh, tim belum menemukan badan pesawat. Yang baru ditemukan adalah roda pesawat, mesin pesawat dan kulit pesawat.

Sementara untuk CVR, tim masih terus mencarinya dengan menggunakan ping locator.


Baca juga: Tujuh korban Lion Air kembali diidentifikasi dari DNA dan sidik jari

Baca juga: Evakuasi Lion Ar JT 610 diperpanjang



 

Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2018