Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi II DPR RI Komarudin Watubun menilai Maluku berpotensi dijadikan sebagai poros perekonomian Indonesia di Abad XXI karena wilayah tersebut memiliki nilai historis dan ekonomis bagi Nusantara sejak abad XII hingga abad XX layaknya Tiongkok yang membangkitkan kembali jalur sutera.

"Sejarah semestinya tidak menjadi benda mati dan hanya menjadi pelajaran menghafal di sekolah," kata Komarudin dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.

Hal itu dikatakannya dalam acara bedah buku berjudul "Maluku Staging Point RI Abad 21" yang merupakan karyanya, di Universitas Indonesia, Depok, Rabu.

Dia mengatakan, dalam perjalanan sejarah nusantara, Indonesia terutama Maluku pernah memiliki jalur perekonomian sendiri yang dinamakan jalur rempah dan Maluku menjadi titik pusatnya.

Dalam catatam sejarah, katanya, Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbaik dunia yang merupakan komoditas perdagangan termahal mengalahkan harga emas di dunia pada abad XVI.

"Bahkan, selama abad XVI—XVIII Maluku memasok kebutuhan rempah-rempah dunia yang melahirkan globalisasi, jaringan maritim dunia, inovasi, dan revolusi sistem keuangan dan korporasi global pertama kali di dunia," ujarnya.

Dia mengatakan dilihat dari geostrategis Maluku dan Indonesia, posisi Maluku dan sekitarnya memiliki jalur-jalur terbuka yang sangat banyak, khususnya apabila di zona tersebut dijadikan basis produksi, penyedia, dan transit arus komoditi jasa, mineral strategis, manuisa, barang, jasa, uang dan informasi. 

Komarudin yang merupakan politisi PDI Perjuangan itu mengatakan dari faktor mineral strategis Maluku, daerah tersebut memiliki kekayaan alam selain rempah-rempah yaitu ladang gas di Blok Masela yang merupakan ladang gas abadi yang dimiliki oleh Indonesia dengan cadangan gasnya yang bisa bertahan selama 70 tahun ke depan. 

"Selain itu, produk dari gas dapat diolah kembali menjadi 200 produk turunan. Bahkan Rizal Ramli saat masih menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman menyatakan apabila dikelola dengan baik, maka ladang Blok Masela dapat mengalahkan penghasilan gas dan minyak Qatar," katanya.

Karena itu dia menilai posisi Indonesia terutama Maluku yang sangat strategis seharusnya dapat dijadikan untuk membangun poros perekonomian baru, bukan harus memilih antara jalur transpasifik AS dan jalur sutera Tiongkok.

Namun dia mengingatkan bahwa pembangunan di Maluku menjadi poros ekonomi baru Indonesia harus dapat menyejahterahkan rakyat Maluku dan Indonesia.

"Dibalik kekayaan alam yang melimpah, Maluku masih menjadi salah satu provinsi miskin di Indonesia. Bahkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Provinsi Maluku menjadi daerah dengan Tingkat Pengangguran Tertinggi (TPT) dengan persentasi 9,29 persen di tahun 2017," ujarnya.

Baca juga: PDIP: Keputusan Presiden Jokowi soal Blok Masela tepat
Baca juga: Komarudin optimistis Indonesia dapat menjadi negara adidaya


 

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018