Sejumlah pemerintah provinsi sudah menyatakan berminat terhadap bus listrik kita dan juga ada kawasan industri yang menginginkan bus listrik untuk angkut karyawan
    Jakarta, (ANTARA News) - Kendaraan listrik di Indonesia saat ini memang belum menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia, karena memang industrinya belum terlalu banyak dan berkembang juga infrastrukturnya belum mendukung.

    Meskipun demikian bukan berarti tidak ada perusahaan swasta yang tidak berminat untuk mengembangkan industri kendaraan listrik, yang konon di masa depan kendaraan bebas timbal dan ramah lingkungan itu akan menjadi kendaraan pilihan utama masyarakat.

    Salah satu perusahaan swasta PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) melihat peluang terbuka itu dan secara serius segera memulai langkah strategis untuk terjun lebih dalam ke bisnis otomotif, khususnya mengembangkan bus listrik walaupun masih harus menggandeng perusahaan asal China  BYD Auto Co.Ltd.

    Sekalipun dalam jangka pendek bisnis tersebut dipastikan belum memberikan keuntungan, tapi perseroan berharap dapat menjadi salah satu pemain utama dalam bisnis penyediaan kendaraan listrik di tanah air, setelah mencapai target pemenuhan kandungan komponen lokal 55 persen pada tahun 2022.

    Kedepannya, BNBR tidak hanya sekadar menjual kendaraan bus, tapi juga menawarkan sistem transportasi umum untuk kota-kota di Indonesia.

    "Sejumlah pemerintah provinsi sudah menyatakan berminat terhadap bus listrik kita dan juga ada kawasan industri yang menginginkan bus listrik untuk angkut karyawan," kata   Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Bobby Gafur Umar kepada pers usai uji coba bus listrik di Ungasan, Bali, Senin (16/10).

    Seperti diketahui, Pemkot Semarang belum lama ini sudah mulai mengganti solar menjadi gas untuk bahan bakar bus. Bobby juga mendengar kabar bahwa PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) belakangan bahkan sedang serius melakukan studi secara komprehensif untuk mendapatkan data pasti mengenai biaya operasional dan tingkat keamanan serta kenyamanan bus listrik.

    Transjakarta sedang mengkaji biaya operasional bus listrik untuk menakar efisiensinya dibandingkan bus berbahan bakar minyak. Artinya, biaya operasional  nantinya pasti akan jauh lebih murah.

    Soal kualitas dua bus listrik yang dibanggakan perusahaan itu, sudah diuji coba dan difungsikan sebagai bus ulang-alik  selama penyelenggaraan pertemuan akbar International Monetary Fund & World Bank (IMF dan WB)  pada 8-14 Oktober 2018 di Nusa Dua, Bali.

    Hasilnya, bus  tersebut selama mengangkut delegasi tidak alami gangguan sekalipun setiap hari rata-rata harus menempuh jarak 280 kilometer sebagai alat angkut.

    "Awal 2019 BNBR berharap sudah bisa mulai melakukan penetrasi pasar, khususnya untuk bus dengan gross vehicle weight (GVW) di bawah 24 ton, " kata Bobby.

     CEO PT Bakrie Autoparts Dino Ryandi mengatakan,  secara teknis sama sekali tidak ada masalah dengan dua unit bus listrik yang dipergunakan sebagai alat transportasi ulang-alik di kawasan Nusa Dua saat pertemuan IMF-WB.

    Untuk perakitan bus nantinya mungkin di Balaraja, Banten, karena lahan di sana cukup luas, sekitar 7,7 hektare, selain bangunan pabrik sudah ada, lahan sudah siap serta dekat dengan jalan tol.

     Pabrik ini nantinya diharapkan akan mampu memproduksi 1000 hingga 2000 unit bus listrik setiap tahun.
 
Wakil Dirut PT Bakrie & Brother Ardie Bakrie saat mengisi listrik ke bus listrik usai uji coba di Ungasan, Bali, Senin (15/10/2018)

   
Sudah berpengalaman

    BNBR melalui unit usahanya PT Bakrie Autoparts telah menjalin kerja sama bisnis dengan pabrikan bus listrik terkemuka dari Tiongkok, BYD Auto Co.Ltd, untuk secara serius mengembangkan lini baru bisnisnya di bidang otomotif. Kolaborasi tersebut telah disepakati secara resmi melalui penandatanganan kesepakatan kerjasama pada 13 April 2018 lalu di China.

    Perusahaan sudah berjalan menetapkan target-target untuk mengembangkan bisnis bus listrik ini dan banyak komponen dan bagian bodi bus listrik sudah dapat dipenuhi dari dalam negeri.

    Namun tidak dapat dipungkiri, masih ada yang secara bertahap baru bisa diproduksi di Indonesia karena penguasaan teknologinya yang masih perlu dipelajari dan dikuasai.

    Ada tiga tahap yang harus dijajaki dalam memproduksi bus listrik, pertama perusahaan akan impor bus listrik secara utuh (CBU), kedua perusahaan akan impor chasisnya saja, sementara untuk karoseri akan menggandeng perusahaan lokal, dan ketiga perusahaan akan mengembangkan bus listrik di dalam negeri.

    PT Bakrie Autoparts sendiri akan menjadi kekuatan utama di belakang bisnis baru BNBR ini. Perusahaan produsen komponen otomotif ini sudah berpengalaman dalam memasok produk-produk berkualitas untuk sejumlah pabrikan otomotif utama yang ada di dalam negeri.

    Arah kerja sama perusahaan swasta Indonesia itu dengan BYD adalah peningkatan lokalisasi melalui pembangunan industri di Indonesia, selain di Balaraja, juga di Bekasi dan Lampung.  

     Kehadiran mobil listrik adalah sebuah keniscayaan dan hanya menunggu waktu. PT Bakrie & Brothers Tbk, mengapresiasi BYD Auto Co.Ltd yang telah menyatakan komitmennya untuk  menjalin kerjasama pengadaan dan produksi bus listrik ini.

    Regional Sales Manager Asia Pasifik BYD Auto Co.Ltd Alan Duan, mengatakan pihaknya optimistis bus listrik hasil kerja sama  ini dapat memberikan kontribusi besar bagi sistem transportasi di Indonesia.      

    "Banyak negara di dunia sudah dan terus mengembangkan industri kendaraan listrik. Indonesia juga tidak boleh ketinggalan karena cepat atau lambat industri ini akan berkembang," katanya.

    Anggapan Alan Duan itu ada benarnya mengingat pemerintah daerah di beberapa kota di Indonesia saat ini sudah mulai berpikir lebih serius untuk mengkonversi penggunaan bus-bus berbahan bakar solar menjadi berbahan bakar yang lebih hemat dan bersih.

    Kalangan pemerhati otomotif pun memberikan perhatian khusus terhadap kehadiran bus listrik ini.
   
    Presiden Institut Otomotif Indonesia (IOI), I Made Dana Tangkas, menyatakan apresiasinya dan mendukung kegiatan pengembangan bus listrik Bakrie-BYD ini.  

    Memang sudah saatnya bagi Indonesia untuk menguasai teknologi kendaraan listrik. Terdapat beberapa tahap untuk menguasai teknologi kendaraan listrik ini, mulai pengembangan teknologi yang umum seperti baterai, motor dan PCU (inverter).  

   Idealnya, industri bisa membuat kendaraan listrik yang aplikatif, mudah dijangkau dan beroperasi pada wilayah tertentu sehingga masyarakat tertarik menggunakan kendaraan listrik.

Baca juga: Bakrie gandeng perusahaan China kembangkan bus listrik

 

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018