Washington (ANTARA News) - Serius tapi santai, kadang-kadang jahil. Suasana itulah yang dihantarkan Presiden Amerika Serikat George W. Bush dalam wawancara dengan lima wartawan media asing, yaitu ANTARA, Bernama (Malaysia), The Straits Times (Singapura), Yomiuri Shimbun (Jepang) dan The Australian (Australia) di Gedung Putih, Washington D.C., pada tengah pekan lalu. Molor sekitar 15 menit dari waktu yang dijadwalkan, Bush yang saat itu mengenakan jas gelap, kemeja putih dan dasi merah, memasuki Ruang Roosevelt pada pukul 11.30 waktu setempat dan langsung menyalami kelima wartawan yang telah menunggunya. Roosevelt adalah ruangan yang sehari-hari dipakai presiden ke-43 AS itu untuk mengadakan rapat atau menerima para wartawan media AS untuk melakukan wawancara. Ruangan dengan perapian itu antara lain diisi dengan medali Hadiah Nobel bagi Teddy Roosevelt dan tiga lukisan yang dipajang dinding, bendera Amerika Serikat, Bendera Presiden, Bendera Wakil Presiden, dan bendera-bendera militer AS. Di salah satu dinding ruangan Roosevelt terdapat pintu kayu dengan dua sisi, yang menurut keterangan sumber Gedung Putih, berfungsi sebagai penutup televisi layar plasma. Televisi tersebut antara lain digunakan Presiden untuk melakukan rapat dengan para komandan militer AS di Irak dan Afghanistan. TV itu juga pernah digunakan untuk melakukan konferensi jarak jauh dengan para astronot yang sedang berada di luar angkasa. "Hai, apa kabar?" sapanya dengan tatapan tajam saat menjabat erat tangan satu persatu wartawan di hadapannya, dan setelah itu langsung duduk di kursi tengah. Di atas meja telah tersedia buku catatan dan pulpen -- yang selama wawancara sama sekali tidak dipergunakannya -- yang disiapkan ajudannya serta satu gelas air putih, tanpa es. Orang nomor satu negara adidaya itu didampingi oleh enam orang staf Gedung Putih. Duduk di samping kanannya, Kepala Penasehat Keamanan Nasional (NSA) Stephen Hadley, Wakil Kepala NSA Jim Jeffrey, serta Wakil Kepala NSA untuk urusan Ekonomi Dan Price. Di samping kiri, duduk asisten Bush untuk bidang komunikasi kepresidenan Kevin Sullivan, Direktur Senior NSA urusan Asia Timur Dennis Wilder, dan Juru Bicara NSA Gordon Johndroe. "Jadi, bagaimana aturan mainnya?" tanya Bush sebelum mulai memberikan pernyataan awal. "'On the record' (pernyataan untuk dikutip, red)," kata salah satu anggota staf. "Maksud saya, bagaimana dengan mereka yang di belakang?," kata Bush, mengacu kepada sejumlah wartawan yang duduk di kursi belakang. Sejumlah wartawan dari media asing maupun media AS memang diundang untuk menghadiri sesi wawancara tersebut, kendati mereka tidak diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. "Sama, 'on the record', tapi embargo sampai kelima orang ini memiliki cukup waktu untuk mengeluarkan tulisan mereka," kata staf tersebut sambil menunjuk wartawan ANTARA, Bernama, The Straits Times, Yomiuri Shimbun dan The Australian. "Baik kalau begitu," kata Bush dan langsung memaparkan rencana kunjungannya ke Australia dalam rangka menghadiri pertemuan puncak para pemimpin ekonomi negara-negara Asia-Pasifik (APEC) pada September ini. Dengan nada lugas ia menguraikan apa saja yang ingin dibahasnya saat nanti melakukan pertemuan dengan para kepala negara dan pemerintahan. Perdagangan tentu menjadi salah satu agenda utama yang akan dibahas dengan mitra-mitranya di APEC, dan menurut Bush, Putaran Doha akan menjadi prioritas utama bagi topik yang akan diusungnya. Selain masalah ekonomi, Bush juga menyebut masalah lingkungan, yaitu perubahan iklim, dan masalah politik -- terutama upaya memerangi radikalisme dan ekstrimisme di dunia -- sebagai bagian dari agenda utama pembicaraannya dalam kesempatan pertemuan APEC nanti. Tak bertahan lama Sikap seriusnya saat memaparkan agenda kunjungan, ternyata tidak bertahan lama. Canda beberapa kali ia lontarkan ketika sesi tanya jawab berlangsung. Misalnya ketika giliran wartawati Malaysia mengajukan pertanyaan, Bush langsung menyambar mengucapkan selamat atas Hari Ulang Tahun ke-50 Malaysia yang jatuh pada 31 Agustus, namun diembel-embeli dengan ungkapan perasaannya ketika ia sendiri berulang tahun ke-50. "Saya ingat waktu memasuki umur 50 tahun, saya merasa tua. Tapi sekarang saya sudah lebih dari 60 tahun, (ternyata) tidak terlalu tua," katanya, disambut tawa seisi ruangan. Kalau saja Teddy Roosevelt, presiden ke-26 AS --yang dalam lukisan yang tergantung di dinding timur Ruang Roosevelt sedang naik kuda-- bisa bergerak, mungkin ia juga akan tertawa mendengar kelakar 'juniornya' itu. Bush juga sempat mempraktekkan 'jurus mengelak' saat ia menyadari dirinya lupa tentang pemberian ucapan selamat bagi Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi. Awalnya, presiden ke-43 AS itu mengatakan dirinya menghormati PM Badawi. "Waktu isterinya meninggal, saya mencoba untuk menelponnya (Badawi, red), setidaknya untuk mengungkapkan kepedulian saya terhadapnya," kata Bush. "Beliau (Badawi, red) sudah menikah lagi," kata wartawati Malaysia. "Oh ya? Bagus. Saya akan mengucapkan selamat. Terima kasih saya sudah diingatkan," kata Bush. Direktur Senior NSA urusan Asia Timur, Dennis Wilder, tiba-tiba angkat bicara. "Sudah kok," kata Wilder kepada Bush. "Apa?" tanya Bush. "Sudah, Anda sudah mengucapkan selamat," kata Wilder lagi. "Tentu," sambar Bush. Lalu cepat-cepat ia menambahkan, "Saya akan mengucapkan selamat lagi kepada dia. Ucapan selamat itu akan saya gandakan. Ya, betul, saya akan menulis ucapan selamat." "Waktu itu (ketika mengucapkan selamat, red) saya menelponnya atau mengirimkan kartu ucapan?" tanya Bush. "Anda mengirimkan kartu," jawab Wilder. "Ya, betul. (Saya) kirimkan bunga," kata Bush dan langsung menjawab pertanyaan. Kejahilan juga sempat beberapa kali diperlihatkan Presiden AS itu ketika wartawati ANTARA, yang tubuhnya memang paling 'mini' di antara kelima wartawan, terhalang seorang wartawan di sebelahnya sehingga harus sedikit menyandarkan badan ke belakang untuk dapat memperhatikan wartawan-wartawan yang sedang bertanya. Ketika wartawan yang bersangkutan bertanya, Bush justru melirik wartawati ANTARA dengan sedikit menyeringai, seakan-akan mengatakan, "Tidak kelihatan, ya?" Sesi wawancara yang berlangsung sekitar satu jam itu diakhiri Bush dengan ucapan terima kasih. "Terima kasih semuanya," kata Bush sambil kembali menyalami para wartawan. Tak lupa ia juga menyapa para wartawan yang duduk di kursi belakang. "Hai, apa kabar?" katanya sambil melambaikan tangan dan menghilang dari pintu Ruang Roosevelt. (*)

Oleh Oleh Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2007