Jakarta (ANTARA News) - Setiap era punya penyanyi cilik ikonik, mulai dari Chicha Koeswoyo, Enno Lerian, Maissy, Tasya Kamila, Sherina hingga Naura.

Pengamat musik Adib Hidayat mengatakan dibandingkan industri lagu pop, lagu-lagu yang dikhususkan untuk anak di Indonesia tidak sesubur genre musik lainnya.

Ini berhubungan juga prinsip permintaan dan penawaran. Ketika tak ada permintaan, maka tak ada yang membuat lagu anak.

"Tapi kalau ada keyakinan karya bisa dikenalkan, pasti bisa jadi sesuatu," ujar Adib pada konferensi pers Konser Doakan Ayah, Jakarta, Kamis.

Pasar semakin beragam dan ia meyakini setiap musisi pasti punya penonton tersendiri. Selain itu, musisi tak lagi bergantung pada label rekaman untuk bisa merilis karyanya. Platform digital bisa dimanfaatkan untuk berkarya.

Penyanyi Anji, yang putranya Saga sudah menciptakan lagu sendiri berjudul "Telur Dadar", menambahkan publikasi jadi salah satu hal yang harus dipertimbangkan untuk mengggiatkan kembali lagu anak.

"Butuh banyak orang untuk publikasi," ujar Anji.

Wadah yang dipilih untuk memperkenalkan lagu anak juga mesti dipilih betul-betul. Meski semuanya sudah serba digital, ada banyak pilihan platform yang harus disesuaikan dengan pasar yang dituju.

Anji mencontohkan, lagu-lagu untuk balita lebih cocok diunggah di YouTube ketimbang Spotify yang pendengarnya punya rentang usia lebih tua.

"Ada kok tempat untuk lagu anak, asal (platform) cocok."

Konser Doakan Ayah menampilkan performa duo kakak beradik Ghea dan Ghia yang diproduser ruang belajar Atap Class di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Kamis. Keduanya sudah merilis lagu "Doakan Ayah" karya Pidi Baiq pada 23 Juli silam.

Baca juga: Di balik lagu "Doakan Ayah" ciptaan Pidi Baiq

Baca juga: Anji: Bedakan eksplorasi dan eksploitasi bakat anak

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018