Cakupannya cukup tinggi, yaitu 81,5 persen, tetapi belum memuaskan
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Kirana Pritasari mengatakan pemanfaatan buku kesehatan ibu dan anak (KIA) di Indonesia masih belum sesuai dengan harapan.

"Kebijakan buku KIA sudah lama ditetapkan. Cakupannya cukup tinggi, yaitu 81,5 persen, tetapi belum memuaskan," kata Kirana dalam jumpa pers di sela-sela sebuah lokakarya di Jakarta, Rabu.

Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional 2016, 81,5 persen ibu hamil memiliki buku KIA, tetapi hanya 60,5 persen yang bisa menunjukkannya.

Pemantauan dan evaluasi yang dilakukan Direktorat Kesehatan Keluarga di sembilan kabupaten/kota, yaitu Toba Samosir, Ogan Komering Ilir, Kota Bandar Lampung, Kota Tangerang, Jakarta Timur, Kota Bogor, Sukoharjo, Nganjuk dan Gowa pada 2016 bahkan menunjukkan hanya 18 persen KIA yang diisi lengkap.

Itu pun dengan tingkat keterisian paling banyak pada pelayanan kesehatan pada masa kehamilan dan bayi baru lahir.

"Padahal di KIA ada informasi-informasi yang diperlukan ibu dan anak. Tidak boleh hanya melihat catatan-catatan yang diisi tenaga kesehatan, ibu dan keluarga juga harus memahami pesan-pesan yang ada pada KIA," tuturnya.

Bila ibu dan keluarga sudah memahami pesan-pesan yang ada pada KIA, misalnya tentang jadwal imunisasi anak, orang tua akan rutin membawa anaknya ke layanan kesehatan untuk diimunisasi.

"Misalnya usia anak enam bulan waktunya imunisasi DPT3, sembilan bulan waktunya imunisasi campak. Atau setiap Februari dan Agustus anak harus diberi vitamin A," katanya.

Untuk memperkuat pemanfaatan KIA, Kementerian Kesehatan bersama Nutrition International mengadakan "Workshop Advokasi Pemanfaatan Buku KIA untuk Kesehatan Ibu, Anak dan Gizi dalam Memperkuat Suplementasi Vitamin A" di Jakarta. 

Baca juga: Kesehatan ibu-anak jadi agenda Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan
Baca juga: Legislator minta orang tua imunisasikan anak

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2018