Brisbane (ANTARA News) - Cuaca buruk yang ditandai dengan hujan lebat dan angin berkecepatan hingga 105 kilometer per jam, Jumat, masih melanda bagian tenggara Queensland, Australia, termasuk wilayah Teluk Wide (Widebay) sehingga KRI Arung Samudera yang terdampar sejak 23 Agustus dini hari belum dapat ditarik ke Brisbane. Curah hujan di wilayah itu, seperti dilaporkan ABC News, mencapai lebih dari 700 mili meter. Beberapa wilayah di negara bagian itu, seperti Sunshine Coast, dilanda banjir yang menyebabkan kesulitan bagi masyarakat yang tinggal di daerah Caloundra hingga Pantai Rainbow di sebelah utara. Selain itu, ribuan rumah dilaporkan tidak mendapatkan pasokan listrik. Sejauh ini, lebih dari 20 petugas Satuan Tugas Darurat Negara Bagian (SES) sudah menerima 140 permintaan pertolongan dari warga yang terjebak di rumah maupun di dalam mobil. Biro Cuaca Queensland menyebut hujan yang terus mengguyur wilayah tenggara Queensland dalam bulan Agustus 2007 ini sebagai "Agustus terbasah" sejak akhir tahun 1800-an. Atase Laut KBRI Canberra, Kolonel Laut Eden Gunawan, kepada ANTARA mengatakan, KRI Arung Samudra itu mengalami sedikit kerusakan dan akan ditarik ke Brisbane setelah cuaca membaik untuk mendapat perbaikan. Namun, ia belum dapat memastikan kapan penarikan kapal latih TNI ini bisa dilakukan. Merujuk pada pengalaman kapal kargo berbobot ratusan ribu ton yang kandas di pantai Newcastle, New South Wales (NSW), beberapa waktu lalu akibat terjangan angin kencang, penarikan kapal itu memerlukan waktu beberapa hari, katanya. "Yang pasti, sebagian besar kru kapal kita tetap bersemangat tinggi untuk berangkat ke Brisbane hari Sabtu. Mereka didampingi dokter yang selama pelayaran bersama mereka, dr.Muhammad Ibrahim," kata Atase Laut Kolonel Laut Eden Gunawan kepada ANTARA yang menghubunginya dari Brisbane, Jumat. Mereka akan diinapkan di mes Angkatan Laut Australia di daerah Balimba yang berjarak sekitar 10 menit dari Brisbane, ibukota Negara Bagian Queensland, katanya. Namun, untuk keperluan penarikan Arung Samudera, kapal layar tiang tinggi buatan Selandia Baru yang hanya berbobot 120 ton ini, komandan kapal, perwira navigasi, dan kepala departemen logistik kapal tetap tinggal di kawasan wisata Pantai Rainbow yang berjarak sekitar 10 km dari Widebay, katanya. Ia mengatakan, kendati kondisi kapal secara umum masih baik, namun cuaca buruk dan hantaman angin berkecepatan 80 hingga 100 kilometer per jam itu sempat merusak layar utama dan sebuah layar depan, serta menyebabkan terlipatnya satu layar dan membengkoknya baja bagian bawah yang berfungsi sebagai "stabilizer" kapal. "Penarikan kapal kita ini akan dilakukan jika cuaca sudah kembali normal. Jadi memang tergantung kondisi cuaca karena kapal penarik juga tidak berani datang kalau cuaca masih buruk. Mereka tidak mau mengambil risiko. Jadi, kita tunggu laut sampai benar-benar tenang, baru bisa ditarik," katanya. Hanya saja, sesuai dengan tabel pasang surut yang ada, justru pada 26 hingga 30 Agustus ini, pasang naik tertinggi akan melanda kawasan perairan Queensland, katanya. Eden lebih lanjut mengatakan, ia dan Pejabat Bidang Kekonsuleran KBRI Canberra, Merry Binsar Simorangkir, akan berada di lokasi untuk memantau perkembangan lebih lanjut. "Sesuai rencana, seharusnya Jumat ini, kita mengadakan pertemuan dengan para wakil dari beberapa instansi Australia. Namun, akibat banjir yang merendam sebuah jembatan menjelang daerah Gympie, wakil dari unsur polisi, bea cukai, dan karantina Australia tidak bisa meneruskan perjalanan ke sini. Memang cuaca belum membaik. Hujan terus mengguyur daerah ini sejak lima hari terakhir," katanya. Menjawab pertanyaan apakah KRI Arung Samudera akan tetap melanjutkan pelayarannya ke Sydney untuk bergabung dengan enam kapal layar tiang tinggi Australia untuk bersama-sama memeriahkan penyelenggaraan KTT Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) 2-9 September, Eden mengatakan, semuanya tergantung pada sisa waktu yang ada setelah kapal diperbaiki. "Kalau cukup waktunya (kapal kita) akan ke Sydney. Kalau tidak, kita akan menunggu keputusan atasan. Yang pasti, semangat kru kapal kita itu tetap tinggi," katanya. Eden mengatakan, terdamparnya KRI Arung Samudera yang hanya berbobot 120 ton ini justru mengundang rasa ingin tahu banyak warga setempat. Akibatnya, banyak di antara mereka datang untuk menyaksikan kapal dengan 18 orang awak itu dari kejauhan. Sebelum terkena musibah dalam pelayaran, dijadwalkan kapal itu tiba di Brisbane sebelum akhir Agustus untuk melanjutkan pelayaran ke Sydney. Namun, akibat musibah itu, Arung Samudera dijadwalkan tiba di Sydney pada 2 September. Seyogyanya KRI Arung Samudera berada di Sydney bersama enam kapal layar tiang tinggi Australia, yakni "James Craig" (Australian Heritage Fleet), "One and All" (Australia Selatan), "Bounty" (New South Wales), "Replika HM Bark Endeavour" (ANMM), "Young Endeavour" (AL Australia), dan "Windward Bound" (Tasmania). (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007