Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah delegasi dari delapan negara akan berpartisipasi dalam Solo International Ethnic Music Festival and Conference (SIEMFC) di Benteng Vastenburg, Solo, pada 1-5 September mendatang. "Perhelatan ini merupakan upaya menggali kembali jatidiri masyarakat Indonesia melalui musik etnik. Melalui acara ini, musik sebagai bahasa universal akan coba ditempatkan sebagai media untuk membangun relasi dan komunikasi multikultural," ujar Sekretaris Umum SIEM, Iga Mawarni dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis. Delapan negara yang mengirimkan delegasinya untuk turut serta adalah Belanda, Irak, Yunani, Bengali, Korea, India, Philipina, dan Australia. Delegasi Belanda, awalnya nyaris batal berpentas karena kendala visa, namun hal ini teratasi berkat kerjasama pihak KBRI di Belanda dan Departemen Luar Negeri RI. Iga mengatakan kegiatan ini juga dimaksudkan untuk mengenalkan Indonesia ke mata dunia melalui musik etnik yang digaungkan dari Kota Budaya, Solo. "Selama ini mungkin sebagian besar masyarakat di dunia hanya mengenal Jakarta dan Bali saja. Padahal Solo juga aset yang patut diperhitungkan, jadi kalau Jakarta merupakan pusat ekonomi, Bali menjadi tujuan pariwisata, maka Solo merupakan kota seni budaya," ujar Iga yang juga dikenal sebagai penyanyi jazz dan keroncong ini. Solo dipilih sebagai tempat penyelenggaraan acara karena merupakan kota budaya dan sekaligus mengembalikan predikat tersebut yang kini mulai luntur. Seluruh pelaksanaan pertunjukan SIEMFC akan dipusatkan di Benteng Vastenburg yang terletak di kawasan Gladak Surakarta. Menurut Iga, keinginan menjadikan Banteng Vastenburg sebagai pusat presentasi musik merupakan upaya merevitalisasi bangunan yang didirikan Jenderal Baron Van Imhoff pada tahun 1745 itu. "Benteng yang berdiri di atas lahan 14 hektare ini dulu digunakan untuk mengawasi gerak-gerik Keraton Kasunana Surakarta, namun kini kondisinya sangat memprihatinkan," ujarnya. Pementasan akan dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok musik etnik tradisi, kelompok musik etnik kontemporer, dan kelompok musik `entertainment`. Selain delegasi dari luar negeri, acara yang didukung oleh Departemen Luar Negeri Republik Indonesia ini juga bertabur bintang dan musisi dalam negeri. Mereka di antaranya Dwiki Dharmawan, Gilang Ramadan, Sawung Jabo, dan Jadug Ferianto Sejumlah musisi etnik tradisi dari Kalimantan, Papua, Makassar, Ujungpandang, Madura, Aceh, Bandung, dan Solo, juga akan meramaikan acara tersebut. Dalam rangkaian festival dan konferensi itu, selain menghadirkan sejumlah pertunjukan juga digelar `workshop` dan pameran dengan melibatkan musisi, akademisi, sekaligus masyarakat awam.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007