Sidoarjo (ANTARA News) - Kinerja dan aktifitas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Jatim, akhir-akhir ini agak terhambat, karena sering diganggu oleh banyaknya orang tak dikenal (preman) di kawasan Pejarakan, Kecamatan Jabon, dekat rumah pompa air yang menyedot lumpur ke Kali Porong. Informasi yang dihimpun ANTARA News, Selasa meyebutkan, akibat dari ulah orang-orang tak bertanggung jawab yang "ujung-ujungnya" minta uang itu, membuat BPLS dalam menangani lumpur kurang efektif, seperti upaya membuang lumpur dari pusat semburan ke Kali Porong lewat spillway. Gangguan terbaru para preman yang dilakukan terhadap para pekerja dan petugas BPLS tersebut dilakukan, Senin (13/8 malam. Beberapa orang di kawasan itu memaksa para operator pompa untuk mematikan aliran air yang berasal dari Kali Porong ke pompa intake (pengendali) yang mengakibatkan pompa air tidak berfungsi. Humas BPLS, Ahmad Zulkarnain mengatakan, pihaknya sebenarnya sudah lama mengalami kondisi seperti itu. Namun, oleh para pekerja dan petugas BPLS yang ada di lapangan tidak dihiraukan. "Namun setelah tindakan mereka kami anggap merugikan BPLS dengan meminta uang dengan jumlah besar, ini sudah sangat keterlaluan dan tidak bisa ditoleransi lagi," kata Achmad Zulkarnain yang akrab disapa Izul ini. Bupati Sidoarjo Win Hendrarso pada kesempatan lain menegaskan bahwa jika gangguan yang dilakukan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab itu sudah mengarah ke tindak kriminal, biar masalah ini ditangani oleh pihak berwajib. "Kalau sudah mengarah ke kriminal, biar nanti polisi yang menangani," katanya menegaskan. Namun kalau persoalannya karena meminta ganti rugi atas kebisingan yang terjadi, lebih baik dimusyawarahkan dengan pihak BPLS. "Kalau mereka minta uang bising atas aktivitas pompa air di spillway, hal itu bisa di musyawarahkan," tambahnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007