Ini adalah rekayasa anak bangsa.. tidak diimpor tetapi didesain ulang
Jakarta, (ANTARA News) - Kementerian Pertanian bersama-sama dengan PT Charoen Pokphand Indonesia meluncurkan unit mobil pengering jagung, kreasi anak bangsa yang diharapkan dapat menjadi solusi atas masalah pascapanen produksi jagung di seluruh Indonesia.

"(Mobil pengering jagung) ini adalah sejarah bagi pertanian Indonesia," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam sambutan pada pelepasan pertama "Mobile Corn Drier" di Gedung Pusat Informasi Agribisnis di Kantor Pusat Kementan, Jakarta, Jumat.

Menurut dia, inovasi anak bangsa ini memudahkan para petani yang selama ini harus mengirim produksi panen komoditas jagungnya ke pabrik.

Namun dengan unit mobil tersebut, lanjutnya, mobil pengering jagung bisa langsung "menjemput bola" di sentra-sentra produksi jagung di berbagai daerah.

Keuntungan dari penjemputan ke sentraproduksi itu antara lain adalah menghemat biaya transportasi dan meminimalkan kontaminasi.

Selain itu, dengan menjemput langsung produksi jagung secara lebih berkualitas maka diharapkan juga bakal menciptakan tingkat harga yang semakin baik di kalangan petani sehingga tingkat kesejahteraan mereka juga dapat meningkat.

Baca juga: Balitbangtan: pola "zigzag" dongkrak produksi jagung 20 ton/ha
"Ini adalah rekayasa anak bangsa.. tidak diimpor tetapi didesain ulang," kata Mentan sambil mengutarakan harapannya agar berbagai pihak lainnya juga dapat berkontribusi untuk mencari solusi dari permasalahan pascapanen.

Sementara itu, Presiden Komisaris PT Charoen Pokphand Indonesia Hadi Gunawan Tjoe mengatakan, mobil pengering jagung ini merupakan prototipe kedua, yang merupakan lanjutan dari prototipe pertama pada April 2018.

Unit mobil tersebut rencananya akan diujicobakan di pabrik Charoen Pokphand Indonesia, Lampung yang bekerja sama dengan Kontak Tani Nelayan Andalan.

Ketua Dewan Pembina Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Saidah Sakwan mengatakan pemerintah harus mendorong intensifikasi "on farm" terkait produktivitas dan efisiensi agar jagung nasional kompetitif dari sisi mutu, harga dan mampu mencukupi jumlah konsumsi nasional.

Menurut Saidah Sakwan, bila pasokan jagung nasional belum memadai, maka impor bisa menjadi salah satu upaya alternatif.

Mantan Komisioner Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) itu juga menambahkan, pemerintah bisa mengenakan tarif untuk impor jagung.

CIPS juga menginginkan pemerintah harus bisa memastikan bahwa benih jagung hibrida upaya khusus (UPSUS) berkualitas baik karena berdampak kepada produktivitas tanaman jagung Nusantara.
 
Baca juga: CIPS: daerah-daerah ini tidak cocok untuk upsus jagung
Baca juga: CIPS: Distribusi benih jagung upsus perlu dievaluasi

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2018