Jakarta (ANTARA News) - Kasus peretasan tidak melulu soal akun bank dikuras atau kata kunci akun media sosial yang diambil alih, ada kalanya hanya alamat email yang diambil oleh peretas.

Tapi, bolehkah kita menganggap santai jika alamat email diketahui peretas?

Perusahaan yang bergerak di layanan aplikasi, F5, memandang alamat e-mail sebagai salah satu informasi yang sensitif, dapat menimbulkan kerusakan yang lebih besar jika disalahgunakan.

"Email termasuk data yang sensitif karena tersambung ke mana-mana," kata Country Manager F5, Fetra Syahbana, saat acara temu media di Jakarta, Rabu.

Alamat surat elektronik merupakan kolom yang wajib diisi saat mendaftar media sosial, untuk masuk pun menggunakan alamat email. Begitu juga ketika kita akan melakukan transaksi secara elektronik, misalnya melakukan pembayaran atau dompet digital untuk menyimpan mata uang kripto.

Pengguna internet juga kerap menggunakan kata kunci yang sama untuk berbagai akun, apalagi jika memiliki banyak email atau akun di dunia digital. Mereka tidak perlu mengingat banyak hal jika hanya menggunakan satu kata kunci untuk semua.

Tidak jarang, akun-akun tersebut memuat informasi yang sensitif, misalnya nomor identitas penduduk (KTP) atau alamat rumah.

"Kalau ketahuan satu, bocor semua. Tanpa disadari, email adalah data yang sensitif," kata dia.

Fetra tidak menyebutkan secara spesifik, tapi, menurut dia, banyak kasus pencurian uang di rekening bank maupun mata uang kripto bermodalkan alamat email. 

Solusinya, perbarui kata kunci email setiap beberapa waktu, misalnya tiga bulan sekali.

Baca juga: Awas, modus email hijacking bisa kuras tabungan

Baca juga: Waspadai pembajakan siber, jangan mengecas ponsel sembarangan

Baca juga: Tesla tuntut mantan karyawan pelaku sabotase

Baca juga: Email bocor, Go-Jek akan ekspansi ke Asia Tenggara

Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018